Ada juga anggapan lawas yang berpendapat 'perempuan baik tidak diperkosa' yang membuat korban cenderung menyalahkan dirinya sendiri.
Selain itu, orang akan mulai mengajukan pertanyaan tendensius seperti 'Mengapa ada di tempat seperti itu?' atau 'Mengapa bergaul dengan orang seperti itu?'.
Pertanyaan itu seperti mengalihkan kesalahan kepada korban.
Alasan lainnya, Moses berpendapat upaya speak up bisa memicu kenangan yang menyakitkan dan menyebabkan rasa malu pribadi.
"Seseorang mungkin tidak ingin menghidupkan kembali pengalaman itu," tambahnya.
Seringkali korban harus mereka ulang pelecahan yang dialaminya, yang tentunya bisa menjadi pengalaman mengerikan.
Khususnya ketika orang-orang yang mendengarnya malah tidak percaya kepada korban.
Terlebih lagi jika pelakunya adalah orang terkenal, orang yang berkuasa di masyarakat atau di hidup mereka.
Jangankan bicara terbuka, bahkan korban memilih untuk diam dan berkutat dengan permasalahan serta trauma yang dialaminya sendiri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Korban Pelecehan Seksual Butuh Waktu Lama untuk "Speak Up"?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/09/120951320/mengapa-korban-pelecehan-seksual-butuh-waktu-lama-untuk-speak-up?page=3.