Selama proses itu, pemerintah Indonesia mendapatkan serangan dari Belanda yang mencoba kembali mejajah Indonesia.
Banyak teror yang diterima oleh para pejabat negara, hingga akhirnya pada 3 Januari 1946 Iibu kota dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta.
Bukan hanya pemerintahan, tapi Bendera Sang Saka Merah Putih pun turut diturunkan dan dipindahkan ke Yogyakarta.
Selama di Yogayakarta, upacara peringatan proklamasi tetap dilakukan dengan pasukan pengibar bendera yang berbeda.
Pada saat itu, ajudan presiden Mayor (L) Husein Mutahar mengusulkan untuk menggunakan pasukan pengibar bendera dilakukan oleh pemuda dari berbagai daerah di Indonesia.
Hal itu dilakukan untuk terus menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan di Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Karena pada saat itu kondisi tidak memungkinkan, maka Husein hanya memilih lima orang pemuda yang tinggal di Yogyakarta.
Lima pemuda itu terdiri dari tiga putra dan dua putri yang menjadi simbol Pancasila.
Sampai dengan saat ini, tradisi Upacara Peringatan Proklamasi dilakukan oleh para pemuda dari seluruh Indonesia.