Psikolog klinis berlisensi, yang merupakan salah satu pendiri dan direktur Center for Cognitive Behavioral Therapy and Mindfulness, Suraji Wagage, PhD, JD, mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan kekerasan seksual menyebabkan kesehatan otak yang buruk.
Walaupun tidak membuktikan hubungan sebab akibat, ini menggarisbawahi tingkat keparahan dari serangan seksual.
Ia menjelaskan bahwa terapis yang menangani trauma mengetahui fakta bahwa trauma seksual berbeda dari jenis trauma lainnya dalam hal sejauh mana trauma tersebut dapat mempengaruhi penyintas.
"Ini adalah pelanggaran yang sangat pribadi dan menyakitkan yang sering menghancurkan sebagian dari keyakinan kita yang paling dalam tentang orang lain dan dunia serta keselamatan dan kemampuan kita untuk mempercayai orang lain," katanya.
Penelitian ini menunjukkan perlunya menganggap serius kekerasan seksual sebagai risiko bagi kesehatan mental dan fisik.
Suraji menjelaskan, sama halnya dengan kerugian fisik, kerugian psikologis merupakan sesuatu yang harus diatasi.
Terutama kerugian yang dapat memengaruhi perempuan.
Pasalnya, kesehatan psikologis sangat memengaruhi kesehatan fisik.
Maka itu, kejahatan seksual merupakan permasalahan serius yang perlu diperhatikan oleh banyak pihak.
Psikiater dan direktur medis regional untuk Community Psychiatry + MindPath Care Centers, Leela R. Magavi, MD, mengatakan, "Kami membutuhkan lebih banyak data untuk memahami bagaimana berbagai bentuk trauma dapat memengaruhi otak individu."
Ia juga menjelaskan bahwa meskipun perempuan dengan penyakit kardiovaskular, stroke, atau demensia dikeluarkan dari penelitian ini, penting untuk mengakui bahwa faktor-faktor lain juga bisa memengaruhi.
Faktor-faktor lain seperti tumor otak, kekurangan vitamin, infeksi, migrain, penyakit autoimun, dan penyakit demielinasi dapat menjadi penyebab.