Maka tak heran jika nuansanya memancarkan kemewahan yang dipadukan dengan nilai-nilai Islami, yang sangat dekat dengan kota yang dijuluki Serambi Mekah ini.
Untuk mempelai perempuan akan mengenakan baju kurung yang longgar dengan kain songket serta celana panjang.
Celana panjang yang dikenakan tersebut disebut dengan seluweue meutunjong, yang ditutupi dengan kain songket.
Umumnya, kain songket memiliki motif bunga tabur, saluran daun hingga pucuk rebung.
Sementara pada aksesorinya, para pengantin perempuan akan dilengkapi dengan hiasan kepala sejenis suntiang.
Selain itu ada pula perhiasan pendukung lainnya seperti kalung, gelang, ikat pinggang yang disebut taloe ike pieng, dan simplah yang merupakan hiasan yang menggantung di pundak dan menyilang hingga ke bagian dada.
Perhiasan-perhiasan ini biasanya terbuat dari lempengan berwarna keemasan atau perak, yang semakin menegaskan kemewahan khas bangsawan.
Sedangkan untuk mempelai laki-laki akan mengenakan pakaian yang terlihat lebih sederhana.
Yaitu mengenakan baju lengan panjang yang disebut bajee, celana panjang hitam yang disebut siluweuwe dan kain songket Aceh serta kupiah meukuetob yang memiliki bentuk khas.
Kupiah meukuetob ini adalah topi tradisional khas Aceh yang juga akrab disebut topi Teuku Umar, pahlawan nasional dari Serambi Mekah.
Kupiah meukutob ini terbuat dari kain songket dan hiasan khas Aceh lainnya.