Langkah berikutnya, upayakan agar ibu berada dalam kondisi tenang dan merasa yakin dapat memberikan kolostrum serta ASI pada sang bayi.
“Ketenangan dan keyakinan ibu sangat dibutuhkan dalam proses menyusui bayi. Hal ini berpengaruh pada kerja hormon oksitosin yang dipengaruhi oleh psikologis ibu.”
Perlu diketahui juga, beberapa ibu mengeluarkan kolostrum sebelum melahirkan, yakni pada trimester kedua atau ketiga kehamilannya.
Kenapa begitu? Karena ketika hamil, papar Hikmah, terdapat beberapa perubahan pada anatomi payudara calon ibu.
Pada masa ini, terdapat seri perubahan selular di mana sel-sel epitel kelenjar susu berubah dari nonsekresi menjadi sekresi.
Pada laktogenesis, kelenjar susu menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan susu.
Kolostrum kemudian berubah menjadi ASI transisi. ASI ini merupakan peralihan dari kolostrum ke ASI matang, biasanya mulai hari ke-4 sampai hari ke-10.
ASI ini banyak mengandung lemak dan gula (laktosa) dibanding kolostrum. ASI transisi kemudian berubah menjadi ASI matang sampai seterusnya.
ASI matang terbagi menjadi dua, yaitu ASI awal (foremilk) dan ASI akhir (hindmilk).
ASI awal adalah ASI yang pada menit-menit awal keluar, sedangkan ASI akhir adalah ASI yang keluar belakangan.
ASI awal biasanya lebih encer karena mengandung lebih banyak air. Sedangkan ASI akhir lebih kental karena mengandung lebih banyak lemak.
ASI matang mengandung semua komposisi nutrisi yang dibutuhkan bayi. Energi yang diberikan ASI matang sebesar 75 kkal/dl.
Adapun kandungan lemak di dalam ASI tergantung pada beberapa hal pada masa kehamilan (maternal), yaitu metabolisme, berat badan ibu, diet dan frekuensi makan ibu.
Jadi, Hikmah juga menyarankan untuk penting memperhatikan asupan makan ibu selama kehamilan supaya gizinya tercukupi dan dapat menyusui bayi dengan optimal.