Selain hal tersebut, tim peneliti mengaku belajar dari vaksinasi untuk penyakit lain yang biasanya memberikan lebih dari dua dosis untuk perlindungan jangka panjang.
Dia memberi contoh seperti vaksinasi DPT, vaksinasi hepatitis B, dan vaksinasi polio yang biasanya diberikan tiga dosis.
"Kemudian dari penelitian juga dikatakan bahwa tubuh membutuhkan pembelajaran untuk memberi kekebalan yang sempurna," ungkap dia.
"Jadi mungkin saat diberikan dosis pertama antibodi hanya muncul sedikit, dosis kedua bertambah antibodinya, dan dosis ketiga lebih sempurna lagi."
Mahendra berkata, pemberian tiga dosis untuk vaksin Zifivax berdasar pada penelitian dan pembuktian di manusia melalui uji klinik.
Vaksin ini menggunakan platform rekombinan protein subunit untuk memicu respons imun.
Dilansir dari laman Precision Vaccinations, ZifiVax adalah vaksin subunit protein yang menggunakan bentuk dimer dari receptor-binding domain (RBD) sebagai antigen, bagian yang tidak berbahaya dari virus SARS-Cov-2.
Dikatakan Mahendra, pengembangan vaksin menggunakan platform rekombinan protein sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Salah satunya untuk pembuatan vaksinasi Hepatitis B yang juga diberikan tiga dosis.
Efikasi vaksin Zifivax