“BA.2 tidak memiliki lonjakan mutasi 69-70, tidak menyebabkan kegagalan target gen S, sehingga lebih sulit untuk diidentifikasi pada tes PCR,” ujar asisten profesor kesehatan masyarakat di Penn State College of Medicine, Dr Anna Ssentongo.
“Oleh karena itu, BA.2 dijuluki varian siluman,” sambung dia.
Menurutnya, subvarian Omicron BA.2 memiliki lebih dari 20 mutasi pada spike protein yang menjadi target bagi vaksin Covid-19, lantaran virus menggunakannya untuk memasuki sel.
Meskipun hal ini mungkin mengindikasikan BA.2 lebih kebal terhadap vaksin, penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengonfirmasi efektivitas vaksin Covid-19 terhadap virus.
“Mirip dengan garis keturunan induknya (Omicron), (BA.2) diduga sangat menular dan menghasilkan penyakit yang kurang parah daripada varian Delta atau Beta, terutama jika seseorang divaksinasi sepenuhnya dan di-booster,” jelas Reithinger.
Dalam beberapa pekan ke depan, Dr Reithinger berharap hasil uji laboratorium dan klinis yang sedang berlangsung bisa segera mengonfirmasi karakteristik dari virus.
Hal senada diungkapkan Vinh, bahwa sebelum para ahli menyimpulkan tentang subvarian BA.2 dapat memengaruhi kesehatan masyarakat, diperlukan penelitian lebih lanjut.
Vinh berkata, data yang ada hingga saat ini masih sangat terbatas, terutama terkait perbedaan klinis antara subvarian BA.2 dan subvarian BA.1.
"Secara khusus, kami tidak memiliki data pasti untuk mengetahui apakah BA.2 lebih menular, menyebabkan penyakit yang lebih parah, atau dapat menghindari kekebalan lebih baik daripada BA.1.
Meski begitu, data awal dari Denmark dan Inggris menunjukkan bahwa BA.2 mungkin lebih menular daripada BA.1,” ucapnya.