Presiden Joe Biden berbicara selama konferensi pers di Gedung Putih.
Presiden Joe Biden berbicara selama konferensi pers di Gedung Putih. ( AP PHOTO/SUSAN WALSH)

Permintaan Biden: Rusia Dikeluarkan dari G20, Bila Indonesia Tidak Setuju, Ukraina Harus Diundang

25 Maret 2022 09:05 WIB

SonoraBangka.id - Diketahui bahwa Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Brussels meyakini Rusia harus dikeluarkan dari Kelompok G20.

Tetapi, jika Indonesia atau negara lain tidak setuju, Biden meminta para pemimpin Ukraina diizinkan masuk sebagai pengamat, untuk ikut berbicara dalam forum G20.

 

“Jawaban saya adalah ya,” kata Biden saat konferensi pers ketika ditanya tentang apakah Rusia harus disingkirkan dari G20, seperti laporan Associated Press, Jumat (25/3/2022).

“Itu tergantung pada G20. (Masalah) itu diangkat hari ini, dan saya mengangkat kemungkinan bahwa, jika itu tidak dapat dilakukan (mengeluarkan Rusia), jika Indonesia dan yang lain tidak setuju, maka menurut saya, kita harus meminta agar keduanya... Ukraina dapat menghadiri pertemuan. Pada dasarnya Ukraina dapat menghadiri pertemuan G20 dan mengamati,” kata Biden.

Biden menyatakan hal tersebut pada konferensi pers di Brussels usai KTT Darurat pemimpin negara-negara NATO membahas invasi Rusia ke Ukraina.

G20, atau Kelompok Dua Puluh, adalah forum antar pemerintah dari 19 negara dan Uni Eropa yang bekerja pada isu-isu global utama.

 

Biden mengatakan dirinya mengangkat masalah itu dengan para pemimpin dunia lainnya.

Gedung Putih sebelumnya menolak untuk mengungkapkan secara terbuka atas laporan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya ingin Rusia dikeluarkan dari G20, namun tetap membiarkan pintu terbuka untuk kemungkinan tersebut. 

Menyusul laporan minggu ini yang menyebut agar Rusia disingkirkan, duta besar Rusia di Jakarta mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin “ingin hadir” ke KTT G20 di Bali, Indonesia pada bulan Oktober nanti.

Saat ditanya pada konferensi pers pada hari Kamis, tentang apakah Presiden Ukraina Zelenskyy perlu menyerahkan wilayah apa pun untuk mendapatkan gencatan senjata dengan Rusia, Biden mengatakan terserah pada Ukraina untuk memutuskan, seperti dilaporkan CNN, Jumat (25/3/2022).

“Itu adalah pertimbangan penuh Ukraina. Tidak ada apa pun tentang Ukraina tanpa (keterlibatan) Ukraina. Saya pikir mereka tidak harus melakukan itu (menyerahkan sebagian wilayah kepada Rusia), tetapi tentu ada penilaian," kata Biden, menambahkan bahwa ada diskusi yang sedang terjadi namun dirinya bukan bagian dari diskusi tersebut.

"Itu penilaian mereka untuk dibuat," tambahnya.

Biden dan sekutu Barat hari Kamis menjanjikan sanksi baru bagi Rusia dan bantuan kemanusiaan bagi Ukraina sebagai tanggapan atas serangan lanjutan di Ukraina oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

 

Inggris Pasok 6.000 Rudal Pertahanan, Jerman Kirim 2.000 Anti Tank

Negara sekutu Amerika Serikat terus memberikan bantuan senjata untuk Ukraina guna menghadapi Rusia.

Baru-baru ini, Inggris akan memasok Ukraina dengan sekitar 6.000 rudal pertahanan baru dan mengucurkan 29,1 juta pound (Rp 551,31 miliar), termasuk untuk mendukung liputan BBC di wilayah tersebut serta membayar tentara dan pilot Ukraina.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan mengumumkan paket dukungan baru itu pada Kamis (24/3/2022) di pertemuan para pemimpin NATO dan G7, yang juga menandakan kesediaan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina lebih lanjut, kata kantornya pada Rabu (23/3/2022).

"Inggris akan bekerja dengan sekutu kami untuk meningkatkan dukungan militer dan ekonomi ke Ukraina, memperkuat pertahanan mereka saat membalikkan keadaan dalam pertarungan ini," kata Johnson dikutip dari Reuters.

"Satu bulan setelah krisis ini, komunitas internasional menghadapi pilihan. Kita dapat menjaga api kebebasan tetap hidup di Ukraina, atau mengambil risiko dipadamkan di seluruh Eropa dan dunia."

Presiden Joe Biden berbicara selama konferensi pers di Gedung Putih.
Anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina memeriksa persenjataan baru, termasuk sistem anti-tank NLAW dan peluncur granat anti-tank portabel lainnya, di Kyiv pada 9 Maret 2022, di tengah invasi Rusia yang sedang berlangsung ke Ukraina. (AFP/GENYA SAVILOV)

Sebagai bagian dari paket, Inggris akan menyediakan 6.000 rudal dan 25 juta pounds dukungan keuangan untuk militer Ukraina.

Inggris juga akan menyediakan 4,1 juta pound untuk BBC World Service guna membantu layanan bahasa Ukraina dan Rusia, dan mengatasi disinformasi.

Sementara itu, Jerman akan mengirim 2.000 senjata anti-tank tambahan ke Ukraina untuk membantunya mengusir invasi Rusia, kata seorang sumber di parlemen kepada AFP, Rabu (23/3/2022).

Pasukan Ukraina sebelumnya telah menerima 1.000 senjata anti-tank dan 500 peluncur rudal permukaan-ke-udara tipe Stinger dari Bundeswehr, tentara Jerman.

Jerman juga telah memasok sekitar 500 rudal darat-ke-udara Strela dari 2.700 yang dijanjikan.

Sumber parlemen, yang tidak ingin disebutkan namanya itu, mengonfirmasi bahwa 2.000 senjata anti-tank tambahan akan dikirim ke Ukraina, membenarkan informasi yang beredar di media Jerman.

"Kami adalah salah satu pemasok senjata terbesar ke Ukraina dalam situasi saat ini," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock kepada parlemen, Rabu (23/3/2022).

"Ini tidak membuat kami bangga, tetapi inilah yang harus kami lakukan sekarang untuk membantu Ukraina," tambahnya.

Jerman enggan mengirim senjata ke Ukraina saat pasukan Rusia berkumpul di perbatasannya tahun lalu, tetapi Kanselir Olaf Scholz mengubah kebijakan setelah dimulainya invasi Rusia bulan lalu.

Jerman sebelumnya enggan mengekspor senjata mematikan ke zona konflik karena sejarahnya di bawah Nazisme.

Baerbock juga mengatakan kepada parlemen, sisa senjata yang dijanjikan ke Ukraina sedang dalam perjalanan.

Kerugian Besar Militer Rusia

Rusia pada Rabu (23/3/2022) mengadakan upacara pemakaman untuk wakil komandan Armada Laut Hitam di Krimea yang dicaplok. Ukraina menyebutnya serangkaian korban militer Rusia tingkat tinggi sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari.

Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak pada Minggu (20/3/2022) mengeklaim enam jenderal Rusia telah tewas di Ukraina, bersama dengan lusinan kolonel dan perwira lainnya.

Kementerian Pertahanan Rusia belum mengonfirmasi salah satu dari korban tersebut. Ia belum merevisi korban pasukannya sejak 2 Maret, seminggu setelah perang, ketika dikatakan bahwa 498 tentaranya tewas.

Ukraina mengeklaim militer Rusia kehilangan sebanyak 15.600 pasukan.

Reuters tidak dapat secara independen memverifikasi sebagian besar klaim Ukraina, tetapi beberapa telah dikonfirmasi dari sumber-sumber Rusia.

Pemerintah Rusia di pelabuhan selatan Novorossiysk mengonfirmasi kematian Mayjen Andrei Sukhovetsky pada 28 Februari dalam sebuah pernyataan di situsnya. Dikatakan dia pernah bertugas di Suriah, Kaukasus Utara dan Abkhazia.

Pada Rabu (23/3/2022), ratusan orang berkumpul di kota Sevastopol di Krimea untuk menghadiri upacara pemakaman dengan salut senjata untuk Andrei Paliy, seorang kapten peringkat pertama dan wakil komandan Armada Laut Hitam Rusia.

Konrad Muzyka, direktur konsultan Rochan yang berbasis di Polandia, mengatakan perkiraan Ukraina tentang korban tingkat tinggi Rusia masuk akal.

Tetapi mereka sulit diverifikasi dan angka sebenarnya mungkin lebih kecil.

"Bahkan jika kita berbicara tentang dua jenderal, itu masalah besar," katanya.

"Kami tidak hanya berbicara tentang jenderal, kami juga berbicara tentang kolonel yang tentu saja juga sangat tinggi dalam organisasi."

Dia mengatakan korban itu menunjukkan Rusia tidak memiliki pemahaman yang baik tentang posisi artileri Ukraina, dan Kyiv berhasil menunjukkan dengan tepat lokasi perwira senior Rusia, mungkin melalui sinyal ponsel mereka.

Terlalu banyak kolonel dan sedikit kopral

Seorang diplomat senior asing di Moskwa mengatakan kepada Reuters: "Bagi saya yang penting adalah laporan korban besar di kolonel dan di atasnya, tulang punggung tentara Rusia, bukan hanya jenderal."

Diplomat itu mengatakan tentara Rusia sangat terpusat dan hierarkis, dan kurang memiliki perwira junior yang dapat diberdayakan seperti di Barat.

"Ada terlalu banyak kolonel, terlalu sedikit kopral. Jadi yang terjadi adalah tugas-tugas yang membutuhkan resolusi, yang di Barat akan diselesaikan pada tingkat yang jauh lebih rendah, diteruskan ke rantai pengambilan keputusan," kata sumber itu.

Diplomat itu mengatakan bahwa struktur hierarkis menarik perwira senior ke garis depan untuk menyelesaikan masalah atau merevitalisasi operasi.

Ini membuat mereka rentan terhadap serangan.

“Pemusatan komando dan kontrol, kurangnya penyebaran, dan kurangnya komunikasi yang aman juga menempatkan mereka di lokasi di mana mereka dapat diidentifikasi dan dilumpuhkan oleh UAV Ukraina,” kata diplomat itu, merujuk pada drone tak berawak.

Invasi Rusia ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang, membuat hampir 10 juta orang mengungsi dan menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan AS.

Rusia mengatakan "operasi militer khusus" diperlukan karena AS menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia.

Dimana, Moskwa juga mengeklaim harus bertahan melawan "genosida" penutur bahasa Rusia oleh Ukraina. Ukraina telah menolak klaim tersebut.

Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Biden Minta Rusia Dikeluarkan dari G20, Jika Indonesia Tidak Setuju, Ukraina Perlu Diundang

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm