Hal ini akhirnya berpotensi membawa pengikut Trump meninggalkan Twitter dan beralih menggunakan aplikasi jejaring sosial yang dibikin Trump.
"Melarang Trump dari Twitter tidak mengakhiri suara Trump. Larangan permanen pada dasarnya merusak kepercayaan di Twitter sebagai 'alun-alun kota' di mana setiap orang dapat menyuarakan pendapat mereka," kata Musk tentang pemblokiran permanen akun Twitter Trump, sebagaimana dikutip dari USAToday, Kamis (12/5/2022)
"Saya pikir itu adalah keputusan yang buruk secara moral dan benar-benar bodoh" pungkas dia.
Meski Musk belum benar-benar mencabut pemblokiran akun Twitter Trump, Presiden AS ke-45 itu sudah menegaskan bahwa dirinya enggan balik ke Twitter.
Setidaknya begitu menurut pengakuan Trump dalam sebuah wawancara pada bulan April lalu.
"Saya tidak akan kembali ke Twitter, (karena) saya akan tetap menggunakan Truth," tegas Trump, dikutip dari TechCrunch.
Seperti diketahui, Truth atau Truth Social sendiri merupakan media sosial yang dibuat Trump melalui The Trump Media and Technology Group (TMTG), yang kini berada di bawah naungan Digital World Acquisition Corporation, pada Oktober 2021 lalu.
Aplikasi tersebut kemudian dirilis pada Februari 2022 lalu di platform iOS, tanpa ada informasi lanjutan apakah aplikasi ini bakal dirilis di platform Android atau tidak.
Terlepas dari Truth, sebelum dibeli Musk, Trump sendiri sempat berharap bahwa CEO SpaceX tersebut benar-benar membeli Twitter.
"Karena saya tahu Musk orang baik dan dia akan menghadirkan beragam peningkatan di platform tersebut. Namun keputusan saya sudah bulat, saya akan tetap berada di Truth dan tidak akan beralih ke Twitter," jelas Trump.