SonoraBangka.id - Bekerja bukan sekadar mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi juga sebagai aktualisasi diri, menggunakan serta mengembangkan potensi, bakat, dan kemampuan yang dimiliki.
Namun, tidak ada pekerjaan seharga nyawa. Inilah kalimat yang wajib dipahami oleh orang-orang yang gila bekerja.
Sebenarnya, bekerja keras bukanlah masalah.
Sebab tentu, semua orang ingin hidup mapan dari karier yang cemerlang dan uang yang cukup.
Namun, jika sampai tidak memiliki waktu untuk merawat diri dan menjaga kesehatan fisik maupun mental, hal tersebut jelas tidak baik.
Kalau belum percaya, simak penjelasan psikolog Cleveland Clinic, Adam Borland, PsyD, soal dampak dari bekerja terlalu keras.
Bahaya bekerja terlalu keras
Sebelum mengetahui bahayanya, simak dulu tanda-tanda apabila kita terlalu bekerja keras:
1. Pekerjaan tidak lagi terasa berarti;
2. Terus-menerus khawatir tentang kinerja pekerjaan;
3. Kesulitan menetapkan batasan antara urusan pribadi dan kantor;
4. Merasa kesepian Borland menerangkan, kemungkinan orang-orang bekerja terlalu keras juga disebabkan oleh tuntutan kerja yang berlebihan.
Kita ambil contoh, ada beberapa perusahaan yang jumlah karyawannya sedikit namun mereka diberi pekerjaan yang banyak.
“Akibatnya, tingkat stres orang sangat tinggi,” ungkap dia. Di sisi lain, bekerja terlalu keras turut mendatangkan risiko penyakit serius dan berbahaya.
Borland mengatakan, risiko penyakit arteri koroner atau kondisi nyeri dada berulang dan stroke dapat meningkat.
Hal itu diungkapnya merujuk studi WHO-ILO tahun 2021 yang mendapati akibat serupa bagi orang-orang yang bekerja di atas 55 jam per seminggu.
“Sangat sulit bagi mereka untuk berhenti dan berkata, 'Oke, saya akan meninggalkan ini di kantor dan tidak memikirkan atau mengkhawatirkannya sampai saya kembali besok’,” kata Borland.
Dampak serius lainnya dari bekerja terlalu keras adalah meningkatnya kadar kortisol atau hormon stres.
Hal tersebut dapat menyebabkan kabut otak, tekanan darah tinggi, dan sejumlah masalah kesehatan lainnya.
Apabila kebiasaan itu terus berlanjut, Borland mengkhawatirkan sejumlah dampak buruk lainnya sebagai berikut.
1. Kurang tidur
Dampak pertama ini tentu dialami oleh orang-orang yang menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk bekerja.
Dampak itu sangatlah disayangkan karena tidur menjadi faktor pendukung untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental.
Jadi, melewatkan tidur dapat memengaruhi cara mengatasi stres, memecahkan masalah, atau pulih dari penyakit.
2. Tidak makan siang
Tubuh perlu energi supaya mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini bisa terwujud apabila kita tidak melewatkan makan siang.
Meski terdengar sepele, tidak makan siang dapat menurunkan kadar gula darah yang berakibat pada rendahnya energi.
Tidak hanya itu, kemungkinan untuk melahap makanan tidak sehat di kemudian hari dapat terjadi.
3. Tidak berolahraga
Banyaknya waktu yang dihabiskan hanya untuk bekerja tentu membuat sesi untuk berolahraga tidak dapat dilakukan.
Padahal, idealnya waktu olahraga dalam seminggu adalah 150 menit untuk intensitas sedang dan 75 menit untuk aktivitas aerobik.
Dengan berolahraga, kita dapat mencegah depresi, menurunkan tekanan darah, mencegah kolesterol, mengontrol gula darah, dan mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes.
4. Tidak bersosialiasi
Ingatlah, sosialisasi bersama teman atau keluarga penting dilakukan walau pekerjaan sedang sibuk-sibuknya.
Memiliki koneksi dengan orang lain dapat membantu mengatasi kesepian, mempertajam ingatan, keterampilan kognitif, dan meningkatkan rasa kebahagiaan dan kesejahteraan.
5. Beralih ke obat-obatan atau alkohol
Borland menerangkan, sisi buruk kerja terlalu keras adalah mencari pelarian ke obat-obatan karena orang-orang merasa kewalahan.
Cara itu juga diambil mereka ketika merasa bahwa hanya perlu memutuskan hubungan.
Penyalahgunaan obat-obatan tentu tidak baik karena menyebabkan penurunan produktivitas, peningkatan cedera fisik saat bekerja, dan memengaruhi kemampuan konsentrasi dan fokus.
Cara mengelola stres akibat pekerjaan
Untuk orang-orang yang merasa dirinya sudah bekerja kelewatan batas, mereka harus mulai memperhatikan diri.
Simak saran yang diberikan Borland di bawah ini:
a. Tetapkan batas
Tetapkan batasan untuk diri sendiri dan apa saja yang akan dilakukan hari ini dan jam berapa ingin diselesaikan.
b. Tetapkan rutinitas
Rencanakan sesuatu yang dinantikan setelah bekerja, seperti kelas olahraga, membaca buku, atau melakukan yoga.
c. Singkirkan rasa bersalah
Beberapa orang terlalu segan ketika rekan-rekannya masih bekerja. Kalau pekerjaan sudah selesai, ingatlah pulang ke rumah karena keluarga sudah menunggu.
Nah, semoga ini bisa membantu ya!
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053288862/pintar-atur-emosi-dampak-bekerja-terlalu-keras-dan-cara-mengatasinya?page=all