SonoraBangka.ID - Adanya prediksi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, Mohamad Syahril bilang kalo pemerintah mulai mempertimbangkan adanya booster kedua untuk masyarakat atau vaksin dosis keempat.
Terus sebenarnya harus sampai kapan sih kita terus-terusan divaksin?
Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman hal ini tergantung bagaimana kita meredam laju penyebaran Covid-19.
“Dengan cara apa (meredam laju penularan) ya dengan cara kombinasi 3T, 5 M serta cakupan vaksinasi global,” ujar Dicky kepada Kompas.com.
Menurut pemaparannya, jika seluruh dunia bisa mencapai dua dosis vaksinasi di angka 70 persen di bulan ini, laju Covid-19 akan teredam dengan lebih baik.
“Jadi jawabannya ya, terus konsisten 3T (testing, tracing and treatment), 5M, (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas), vaksinasi,” imbuhnya.
Menurutnya, yang harus dipertimbangkan agar booster nggak terus-menerus dilakukan adalah upaya berkelanjutan dengan riset vaksin karena saat ini vaksin yang tersedia punya keterbatasan waktu terhadap efektivitasnya.
Dicky menambahkan kalo vaksin penyakit lain umumnya punya jangka waktu 5 sampai 10 tahun, jadi kalo riset bisa membuat vaksin Covid-19 yang memiliki efektivitas selama itu, maka orang-orang nggak wajib dibooster berkali-kali.
Untuk saat ini, ia menambahkan pentingnya vaksin booster kedua karena potensi subvarian baru bisa menembus barikade atau proteksi vaksin.
“Artinya memerlukan booster, karena kemampuan dia (subvarian BA 5 dan BA 2.75) menembus ini juga akan berdampak serius kalo yang bersangkutan level proteksinya sedang menurun karena (vaksin sebelumnya) sudah diberikan lama,” kata Dicky.
(*)