SonoraBangka.ID - Orang-orang yang berinvestasi cryptocurrency atau uang kripto, perlu lebih waspada. Pasalnya, baru-baru ini muncul modus penipuan dengan skema Pig Butchering yang mengincar investor kripto.
Secara harfiah “Pig Butchering” dapat diartikan sebagai "potong babi". Metode ini berasal dari istilah para peternak yang menggemukkan babi-babinya sebelum disembelih.
Pelaku scam atau penipuan seolah mengemukkan "babi" alias korban dengan iming-iming keuntungan. Setelah mendapat untung dan korban terbuai, pelaku kemudian "menyembelih" dengan cara menguras harta korban.
Skema penipuan Pig Butchering ini juga mendapat sorotan dari Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI).
Modus penipuan dengan skema Pig Butchering juga terjadi di Indonesia. Salah satu korbannya adalah AA (nama samaran) yang kehilangan hingga Rp 550 juta karena scam ini. Kisah AA yang rugi hingga Rp 500-an juta bisa disimak dalam artikel berikut ini.
Dirangkum dari KompasTekno AA menceritakan kejadian yang ia alami. Pelaku scam ini mengincar AA melalui platform Instagram.
Pelaku penipuan tersebut disinyalir berasal dari Korea. AA dan orang Korea itu kerap bertukar informasi seputar kegiatan sehari-hari, usaha yang sedang digeluti, dan informasi lainnya yang kerap menjadi topik bahasan ketika berkenalan dengan orang baru.
AA juga menceritakan bahwa orang Korea ini juga berbagai kisah pilu dengan dirinya. Lalu, pada satu titik, orang Korea tadi menceritakan kesuksesan dirinya dari investasi kripto.
Singkat cerita, AA mendaftarkan akun di platform investasi bodong yang diberi oleh pelaku. Ia pun memasukkan uang investasi senilai 200 dollar AS untuk pertama kalinya.
Bermula dari investasi 200 dollar AS, AA tergiur untuk menginvestasikan uangnya lebih banyak lagi. Bahkan sampai rela menggadaikan mobilnya, menjual perhiasannya, bahkan sampai mengutang ke orang dan kehilangan hingga Rp 550 juta.
Dari hal yang disampaikan AA, diketahui setidaknya ada empat modus yang dilakukan pelaku Pig Butchering scam untuk menarik kepercayaan korban.
Penipuan Pig Butchering umumnya terjadi melalui media sosial. Penipu biasanya memulai percakapan melalui fitur direct message.
Apabila direspons, pelaku penipuan bakal menggunakan informasi dasar dari unggahan korban di media sosial untuk membuka percakapan. Hal tersebut ditujukan untuk membangun kedekatan atau relasi dengan korban.
Mulai dari memberi komentar dari unggahan Stories, lama kelamaan pertanyaan yang dilontarkan akan mulai diarahkan ke soal harta. Misalnya, “Kamu usahanya apa?”. “Kamu suka pakai mobil ini?”, “Kamu suka belanja apa aja?”, dan sebagainya.
Sebaliknya, untuk memupuk kepercayaan korban, pelaku penipuan juga membagikan informasi pribadinya kepada korban. Seperti informasi pekerjaan yang dilakukan apa, lokasi perusahaan, dan sebagainya.
Setelah bertanya mengenai harta, penipu bakal bertanya mengenai keseharian dari korban. Obrolan akan terus berlanjut dari hari ke hari.
Penipuan yang dilakukan tidak dilakukan secara langsung dan cepat. Sebab, skema penipuan ini memang bertujuan untuk membangun kepercayaan korban.
Hingga pada suatu titik, penipu bakal mengajak korban berinvestasi bersama-sama.
Metodenya biasanya beragam. Ada yang berupa ajakan secara langsung seperti “Mau coba investasi ini tidak?”. Ada juga yang disertai dengan testimoni keuntungan yang sudah didapatkan.
Kurang lebih ajakannya akan seperti ini, “saya sudah coba ikut investasi ini dan keuntungannya berkali-kali lipat, mau coba tidak? Nanti akan diajarkan”.
Apabila korban terpikat dengan testimoni atau hasil investasi yang dipaparkan, pelaku penipuan bakal mengirimkan tautan (link) untuk korban mendaftarkan diri sebagai investor.
Minimnya pemahaman korban mengenai investasi kripto, membuat korban tidak banyak pikir untuk bergabung di investasi kripto.
Berdasarkan pengakuan AA, link yang diberikan merupakan link aplikasi sideload atau aplikasi yang tidak ada di Google Play Store. Sehingga saat dicari di toko aplikasi resmi, aplokasi tersebut tidak akan ditemukan.
Link tersebut bakal mengarahkan pengguna untuk mengisi data, seperti e-mail, kata sandi (password), serta beberapa tahapan verifikasi lainnya.
Penipu, dalam hal ini, akan membangun citra dirinya sebagai “seorang ahli”. Penipu bakal memandu korban selama proses pengisian data, berapa uang yang diinvestasikan, kapan kondisi pasar yang bagus untuk berinvestasi atau tidak.
Sehingga hal tersebut membuat “ketergantungan”, korban tidak akan berani mengambil keputusan apapun jika hal itu tidak direkomendasikan oleh penipu.
Selama proses pendekatan, penipu bakal berupaya untuk membangun kepercayaan korban dan rasa iba. Cerita yang dilontarkan berusaha untuk menarik simpati dan empati korban.
Sebagai contoh, penipu bakal bercerita tentang hal-hal menyedihkan yang menimpa dirinya, trauma masa lalu, mengasihani diri sendiri, dan sebagainya.
Sebagai contoh, penipu tersebut menceritakan tentang masa lalu pasangannya yang dulu sudah meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.
Ia mengatakan bahwa wajah pacarnya itu mirip dengan anak gadis AA. Ia berusaha memperlihatkan hal-hal yang menarik empati korban sehingga korban percaya dan terjerat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Waspada Modus Penipuan “Pig Butchering Scam”, dari Bertanya Harta hingga Minta Empati", Klik untuk baca: https://tekno.kompas.com/read/2022/10/10/15330087/waspada-modus-penipuan-pig-butchering-scam-dari-bertanya-harta-hingga-minta?page=all#page2.