Dari hal yang disampaikan AA, diketahui setidaknya ada empat modus yang dilakukan pelaku Pig Butchering scam untuk menarik kepercayaan korban.
Penipuan Pig Butchering umumnya terjadi melalui media sosial. Penipu biasanya memulai percakapan melalui fitur direct message.
Apabila direspons, pelaku penipuan bakal menggunakan informasi dasar dari unggahan korban di media sosial untuk membuka percakapan. Hal tersebut ditujukan untuk membangun kedekatan atau relasi dengan korban.
Mulai dari memberi komentar dari unggahan Stories, lama kelamaan pertanyaan yang dilontarkan akan mulai diarahkan ke soal harta. Misalnya, “Kamu usahanya apa?”. “Kamu suka pakai mobil ini?”, “Kamu suka belanja apa aja?”, dan sebagainya.
Sebaliknya, untuk memupuk kepercayaan korban, pelaku penipuan juga membagikan informasi pribadinya kepada korban. Seperti informasi pekerjaan yang dilakukan apa, lokasi perusahaan, dan sebagainya.
Setelah bertanya mengenai harta, penipu bakal bertanya mengenai keseharian dari korban. Obrolan akan terus berlanjut dari hari ke hari.
Penipuan yang dilakukan tidak dilakukan secara langsung dan cepat. Sebab, skema penipuan ini memang bertujuan untuk membangun kepercayaan korban.
Hingga pada suatu titik, penipu bakal mengajak korban berinvestasi bersama-sama.
Metodenya biasanya beragam. Ada yang berupa ajakan secara langsung seperti “Mau coba investasi ini tidak?”. Ada juga yang disertai dengan testimoni keuntungan yang sudah didapatkan.
Kurang lebih ajakannya akan seperti ini, “saya sudah coba ikut investasi ini dan keuntungannya berkali-kali lipat, mau coba tidak? Nanti akan diajarkan”.