Sementara itu, industri tekstil dan pakaian jadi serta sektor alas kaki dan barang dari kulit tercatat tetap tumbuh mengalami pertumbuhan dengan masing-masing sebesar 8,1 persen (yoy) dan 13,4 persen (yoy).
"Jadi kalau pemerintah optimistis, itu karena memang ada landasan obyektifnya, yakni berbagai indikator ekonomi makro yang terus menguat, implementasi berbagai kebijakan yang cukup efektif untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional, pengelolaan APBN yang pruden, responsif, dan efektif," jelas Sri Mulyani.
Menurut dia, intervensi kebijakan pemerintah dilakukan baik dari sisi suplai melalui berbagai insentif fiskal dan dukungan pembiayaan.
Selain itu, pemerintah juga bersinergi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan, serta dari sisi demand untuk mendukung daya beli masyarakat, baik dalam bentuk berbagai program bansos, subsidi, maupun pengendalian inflasi.
Meski demikian, ia menambahkan, meningkatnya risiko ketidakpastian global perlu diwaspadai. Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam dua bulan terakhir.
Kemudian, tekanan inflasi global yang berkepanjangan, khususnya di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, akan memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif yang berpotensi menimbulkan guncangan di pasar keuangan, khususnya di negara berkembang.
Selain itu, aliran modal ke luar pun meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar lokal sebagaimana yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
"Di tengah optimisme pemulihan yang terus berjalan, meningkatnya risiko ketidakpastian serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik perlu terus diantisipasi," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sri Mulyani Optimistis Ekonomi 2022 Bisa Capai 5,3 Persen ", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2022/11/10/074800526/sri-mulyani-optimistis-ekonomi-2022-bisa-capai-53-persen?page=all#page2.