Ilustrasi buaya
Ilustrasi buaya ( freepik.com/naypong )

Kembali Mengganas, Ini Pantangan dan Mitos Tentang Buaya di Bangka

5 Maret 2023 09:04 WIB

SonoraBangka.id - Baru-baru ini buaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kembali mengganas.

Seorang wanita bernama Yati (35) yang tewas diterkam buaya saat mandi di kolam bekas tambang di Desa Telak, Parittiga, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (17/1/2021).

Sebelumnya, korban dilaporkan hilang karena diserang buaya pada Sabtu (16/1/2021) pagi.

 

Tragisnya, peristiwa serangan buaya tersebut disaksikan oleh anak korban yang masih kecil.

Entah ada hubungannya atau tidak, cerita buaya di Pulau Bangka tak luput dari hal-hal berbau mistis yang berkembang di masyarakat.

Ilustrasi buaya
Buaya ditangkap warga di Pangkalraya, Sungaiselan, Bangka Tengah. (Istimewa) (Istimewa)

Tak mengherankan banyak mistos yang berkembang dari mulut ke mulut.

Ada mitos unik mengenai keberadaan mahluk ganas ini.

Misalnya di Sungai Mendo,Kecamatan Petaling, Kabupaten Bangka ada mitos mengenai Bujang Antan makhluk gaib berbentuk buaya yang menguasai sungai itu.

Di aliran Sungai Baturusa ada kepercayaan masyarakat sejak dulu sungai itu dikuasai buaya gaib bernama Raden Kuning dan Raden Hitam. 

Terlepas dari rusaknya alam dan semakin berkurangnya mangsa buaya sehingga memilih memangsa manusia.

Sebagian masyarakat Bangka percaya buaya tidak akan mengganggu manusia kecuali melanggar pantangan yang ada, salah satunya disebut kepunan.

Untuk kepunan ini secara umum adalah orang yang ditawari sesuatu makanan atau minuman tetapi menolak mencicipinya.

Ada kepercayaan setiap ditawari makanan dan minuman terutama minuman kopi sangat pantang untuk menolaknya. 

Apalagi orang yang bersangkutan akan berangkat ke hutan atau ke sungai.

Untuk penawar pantangan ini setidaknya orang yang ditawari mencolek dengan ujung jari makanan yang ditawarkan atau dalam bahasa Bangka disebut Malet.

Berikut makanan dan minuman sangat pantang ditolak dalam mitos kepunan dan malet masyarakat Bangka:

1. Kopi, terutama kopi hitam.

2. Nasi, bisa meliputi nasi bubur, nasi goreng dan semacamnya.

3. Makanan yang terbuat dari beras ketan dan berbagai hasil pertanian yang dihasilkan sendiri.

4. Pantang menyebut ayam goreng saat berada di sungai.

Diduga Langgar Pantangan

Terkait mengganasnya buaya di wilayah Kecamatan Jebus, ada beberapa pantangan yang tidak boleh dibawa saat berada di sekitar, Kolong Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat.

Konon katanya, benda tersebut bisa mengundang kehadiran reptil buaya disekitar kolong Desa Ranggi Asam.

Ayam dan telur, menjadi benda yang pantang dibawa saat berada di Kolong Desa Ranggi Asam.

Pasalnya, benda tersebut konon dipercaya bisa mengundang kawanan buaya.

"Kalau warga sini (Ranggi Asam) ada pantangan juga, salah satu tidak boleh membawa ayam, atau telor. itu pesan leluhur kami dulu jangan bawak ayam telur di sekitar kolong," ungkap Sekdes Ranggi Asam, Asnan, Senin (18/1/2021)

Asnan menilai, musibah serangan buaya yang menewaskan Yati, pendatang asal Selapan Palembang, Minggu (17/1/2021) juga dikaitkan dengan pantangan tersebut.

Di mana informasi yang diterima Asnan, mendiang Yati diketahui memelihara sejumlah ayam di sekitar camp tempat tinggal dan bekerja sementara dirinya.

"Jelas ada kaitanya, karena informasi yang saya terima yang bersangkutan ada melihara ayam di camp sekitar kolong. Korban tinggalnya di Desa Sekar Biru, cuma camp tempat bekerjanya saja di Kolong Ranggi Asam," bebernya.

Banyaknya kasus serangan buaya yang terjadi di Kolong Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat, membuat warga cemas.

Beberapa warga yang menjadi korban hingga ada yang tewas akibat diserang buaya juga membuat Sekdes Ranggi Asam, Asnan khawatir.

Kendati kerap mengancam keselamatan warga, namun belum ada satupun buaya kolong Ranggi Asam, yang berhasil ditangkap.

Pasalnya, aliran kolong desa Ranggi Asam, Kolong Telak, satu aliran menuju sungai Antan.

Berbagai upaya telah dilakukan warga dan perangkat desa. Termasuk mencari pawang yang sanggup menangkap sang reptil.

"Buaya yang tertangkap belum ada, karena menyatu satu sumber aliran air ke sungai Antan. Kami juga bingung belum tahu bagaimana cara menangkap buaya itu, dan siapa pawang buaya yang tangguh," ungkap Asnan, Senin (18/1/2021) kepada Bangkapos.com.

Menurut Asnan, jarak dari lokasi hilangnya Yati (Kolong Ranggi Asam Jebus ) ke lokasi jasadnya ditemukan (Kolong Desa Telak Parittiga), kurang lebih sekitar 2 kilometer.

"Kolong itu perbatasan Desa Ranggi dan Telak, lewatnya tembusnya ke sungai antan, kurang lebih sekitar 2 kilo dari tempat Yati diterkam dan tempat ditemukan mayatnya. Jauh juga itu diseretnya. Buaya itu nerkamnya di hilir terus di bawa ke hulu sungai," kata Asnan.

Ilustrasi buaya
Detik-detik saat jasad Yeti ditemukan di kolong Desa Telak, Parittiga, Kabupaten Bangka Barat, Bangka Belitung, Minggu (17/1/2021) (ist)

Buaya Ganas Bawa Jasad Yati Keliling Kolong

Tak hanya memangsa dan mencabik cabik organ tubuh Yati saja, bak memberi isyarat, buaya pemangsa tersebut hampir dua jam membawa jasad Yati keliling kolong, Desa Telak, Kecamatan Parittiga, Kabupaten Bangka Barat, Minggu (17/1/2021)

Kades Desa Telak , Kecamatan Parittiga, Faharudin, mengatakan mulanya, secara kasat mata sang reptil dikira tengah memangsa dan menyeret seekor burung.

Namun setelah ditelaah lebih dekat, rupanya yang diseret tersebut tubuh Yati, yang sempat dikabarkan hilang saat mandi di kolong Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Sabtu (16/1/2021) pagi kemarin.

"Kolongnya cukup besar, pertama kali buaya itu kayak memberi isyarat kalau yang dibawa dia itu tubuh manusia korban tadi. Awalnya dikira burung, ternyata manusia. Habis itu diseret keliling kolong sekitar dua jamanlah," kata Faharudin, Minggu (17/1/2021) sore.

Menurut Faharudin, mulanya sang reptil enggan melepas jasad Yati. Namun, beberapa kapal boat Wwarga Desa Ranggi, yang mencari keberadaan Yati, membuat sang reptil terkejut lalu membiarkan tubuh Yati mengapung begitu saja.

"Terakhir ada boat kawan kawan dari Desa Ranggi, setelah itu baru jasadnya bisa diambil. Kalau tidak ada boat itu mungkin tidak akan dilepas oleh buaya itu," tegasnya.--

Ternyata di daerah ini merupakan sarang buaya ganas. Bukan hanya satu warga yang jadi korbannya. Dalam waktu beberapa tahun terakhir sejumlah warga diserang sang predator.

Sementara itu berdasarkan data yang berhasil dihimpun Bangkapos.com, menyebutkan, antara Tahun 2017-2018 silam, kawanan reptil buas tersebut juga pernah menyerang korban bernama Muldi, yang saat itu juga sedang mandi di kolong serupa.

November 2020 lalu, kawanan reptil buas tersebut juga kembali menyerang warga lain, yaitu Ustad Rozi.

Bahkan saat ni Ustad Rozi masih menjalani perawatan dan pemulihan di Rumah Sakit Provinsi Bangka Belitung (Babel).

"Antara Tahun 2017-2018 lalu juga terjadi penyerangan oleh buaya yang menimpa korban Muldi, cuma korban selamat. Terus di Bulan November 2020 kemarin, korbannya Ustad Rozi, ketika itu sedang mandi disambar juga.

Sekarang lagi pemulihan di Rumah Sakit Provinsi (Babel)," kata Kades Desa Telak , Kecamatan Parittiga, Faharudin, Minggu (17/1/2021)

"Cuma kasus yang ini kan kejadian di tempat lain (korban disambar di Kolong Ranggi Asam Jebus -red), cuma jasad korban diseret hingga ke kami (Kolong Desa Telak Parittiga)," kata Fahrudin.

"Dalam artian, kami curiga, nanti (jangan-jangan -red) buaya yang nerkam korban Muldi dan ustad Rozi itulah yang memangsa korban Yati ini, dia main dan nyari mangsanya ke Kolong Desa Ranggi Asam sana," tambah Fahrudin.

Kasus serangan buaya terhadap manusia di Kolong Desa Ranggi Asam, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat, bukan kali pertama terjadi.

Tahun 2020, seorang warga Desa Ranggi Asam, Sahbani juga menjadi korban keganasan reptil buas tersebut.

Reptil bergigi tajam tersebut, tiba-tiba muncul dan menyerang Sahbani yang saat itu sedang menambang di atas ponton.

Namun beruntung, Sahbani lolos dari maut. Dirinya selamat meski sekujur tubuhnya dicabik sang reptil.

"Sebelum Yati, kasus serangan buaya sebelumnya juga pernah terjadi di kolong Ranggi. Korbannya warga Ranggi juga Pak Sahbani. Dia terkam saat nambang di ponton, tapi bisa menyelamatkan diri. Itu tahun 2020, ini baru sembuh," ungkap Sekdes Ranggi Asnan, Senin (18/1/2021)

Tahun 2019, serangan buaya juga terjadi di Kolong Desa Ranggi Asam juga menimpa, seorang warga pendatang asal Palembang Sumatera Selatan.

Namun, lagi lagi korban serangan tersebut selamat dan hanya mengalami luka cabikan sang reptil.

"Tahun 2019 ada juga kejadian menimpa anak buah Pak Samsul Rizal orang palembang, tapi bisa diselamakan juga,"kata Asnan, yang menyebut aliran kolong desa Ranggi tersebut menyatu ke Sungai Antan, yang notabennye menjadi habitat buaya.


Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Buaya di Pulau Bangka Kembali Mengganas, Ini Pantangan dan Mitos Tentang Buaya di Bangka, https://bangka.tribunnews.com/2021/01/19/buaya-di-pulau-bangka-kembali-mengganas-ini-pantangan-dan-mitos-tentang-buaya-di-bangka?page=all.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm