Sunan Kalijaga perlu membawa ketupat karena masyarakat Jawa sudah punya sistem kepercayaan sendiri yang disebut Kejawen.
Karena cukup sulit untuk menyebarkan agama Islam di Jawa, maka beliau menggunakan pendekatan budaya.
Ketupat merupakan salah satunya yang dipilih karena dianggap bisa dekat dengan kebudayaan masyarakat Jawa saat itu.
Sunan Kalijaga membaurkan pengaruh budaya Hindu pada nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya.
Berkat ketupat, penyebaran agama Islam pun akhirnya bisa diterima luas dan banyak masyarakat yang memeluk agama Islam.
Dalam perkembangannya, ketupat akhirnya mulai menyebar ke banyak daerah dan memiliki penamaannya masing-masing.
Misalnya di Jawa dan Sunda disebut 'kupat', masyarakat Melayu menyebut 'ketupat'. Sementara di Bali, masyarakat menyebut 'tipat'.
Tak hanya menjadi simbol Hari Raya Idulfitri begitu saja, ternyata ada makna mendalam di balik bentuk dan nama ketupat, lo.
Daun kelapa muda yang digunakan untuk mmebuat ketupat disebut sebagai janur, yakni akronim dari 'Jannah Nur' atau 'Hati Nurani'.
Artinya, kita harus membersihkan hati dari segala macam hal negatif sehingga bisa kembali ke fitri, kembali suci dengan saling memaafkan.