Sejatinya, salah satu faktor penyebab baby blues bisa terjadi karena adanya perubahan hormon.
Yap, ketika dan setelah melahirkan, kondisi hormon pada diri seorang perempuan bisa jadi kacau balau.
Selain itu, menurut Karina, ada juga faktor eksternal yang memengaruhi seorang ibu mengalami kondisi ini.
Apalagi bila bukan karena perubahan besar dalam hidupnya.
“Ini ada sosok baru, nih. Ada orang baru yang harus aku urus, bayi kecil mungil yang bersandar padaku. Kalo enggak ada aku, dia enggak bisa ngapa- ngapain. Nah, jadi ada pikiran- pikiran kekhawatiran seperti itu. Ya, memang faktanya hidup berubah dan hormonnya banyak yang kacau. Jadi, lengkap, deh,” jelas Karina.
Dengan keadaan tersebut, sudah tentu akan ada tanda dan gejala yang ditimbulkan.
Menurut Karina, tandanya bisa berbeda-beda pada setiap ibu.
Tidak semua yang mengalami baby blues bentuknya atau tampilannya sama persis satu dengan yang lainnya.
Tapi paling tidak ada beberapa ciri umum yang bisa jadi acuan tanda baby blues.
“Paling standar adalah perasaan sedih, ada low mood atau down. Seperti merasa lesu, sedih, cemas, kurang tidur, takut, dan lainnya. Ya, baby blues juga enggak hanya menyangkut perasaan tapi juga fisiknya. Ada rasa capek dan down,” ujar Karina.
Normalnya, kondisi ini berlangsung selama dua minggu di awal masa setelah persalinan.
Menurut Karina, bisa jadi H+1 atau H+7 setelah melahirkan tanda hadirnya baby blues akan muncul dan dirasakan.
Kembali lagi, tergantung pada konsisi setiap orang.
Jadi, itulah penyebab baby blues dan juga tanda baby blues yang bisa kita waspadai, ya.
Semoga kita tidak mengalaminya!
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053862995/ketahui-penyebab-baby-blues-jangan-anggap-remeh-rasa-sedih-habis-melahirkan?page=all