Terkait hal tersebut, Presiden pun menekankan empat arahan yang perlu dilakukan oleh kementerian/lembaga terkait dalam jangka pendek hingga jangka panjang.
Pertama, dalam jangka pendek, ia meminta seluruh jajaran terkait untuk secepatnya melakukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas udara di Jabodetabek, seperti rekayasa cuaca hingga ruang terbuka hijau (RTH).
“Rekayasa cuaca untuk memancing hujan di kawasan Jabodetabek, dan menerapkan regulasi untuk percepatan penerapan batas emisi Euro 5 dan Euro 6, khususnya di Jabodetabek," ucap Jokowi.
"Kemudian perbanyak ruang terbuka hijau dan tentu saja ini memerlukan anggaran, siapkan anggaran. Dan jika diperlukan kita harus berani mendorong untuk banyak kantor melaksanakan hybrid working: work from office, work from home,” tambahnya.
Untuk jangka menengah, Presiden meminta jajarannya untuk konsisten melaksanakan kebijakan mengurangi penggunaan kendaraan berbasis fosil dan segera beralih ke transportasi massal, seperti lintas raya terpadu (LRT) dan moda raya terpadu (MRT).
“Saya kira bulan ini LRT segera dioperasionalkan, MRT juga sudah beroperasi, kemudian kereta cepat bulan depan juga sudah beroperasi dan juga percepatan elektrifikasi kendaraan umum dengan bantuan pemerintah,” tuturnya.
Sementara untuk jangka panjang, Jokowi menekankan perlunya penguatan aksi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
“Harus dilakukan pengawasan kepada sektor industri dan pembangkit listrik, terutama di sekitar Jabodetabek,” tegasnya.
Selain itu, mantan Wali Kota Solo itu juga menekankan pentingnya upaya edukasi terhadap seluruh komponen masyarakat.
Nah, ditambahkannya bahwa yang terakhir adalah mengedukasi publik yang seluas-luasnya.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia, Jokowi Disebut Batuk-Batuk Hampir 4 Minggu, https://bangka.tribunnews.com/2023/08/15/kualitas-udara-jakarta-terburuk-kedua-di-dunia-jokowi-disebut-batuk-batuk-hampir-4-minggu?page=all.