SONORABANGKA.ID - Merupakan Gula adalah salah satu bahan yang sering kali ditambahkan ke dalam makanan dan minuman untuk memberikan rasa manis.
Dikutip dari Medical News Today, gula merupakan salah satu bentuk karbohidrat yang bermanfaat sebagai bahan bakar untuk tubuh.
Di mana, tubuh akan memecah makanan yang mengandung karbohidrat menjadi glukosa, yang kemudian bisa masuk ke aliran darah.
Beberapa glukosa penting untuk otak, sistem saraf pusat, dan sel darah merah berfungsi dengan baik. Tapi, konsumsi gula berlebih justru dapat menyebabkan beragam risiko dan efek samping bagi kesehatan tubuh.
Lantas, apa yang terjadi ketika tubuh terlalu banyak mengonsumsi gula?
Saat tubuh terlalu banyak mengonsumsi gula
1. Penambahan berat badan dan obesitas
Beberapa penelitian menunjukkan bukti bahwa tambahan gula yang sering kali berasal dari minuman yang dimaniskan menjadi kontributor utama penyebab obesitas di seluruh dunia.
Minuman yang dimaniskan dengan gula seperti soda, jus, dan teh manis mengandung fruktosa, yang merupakan sejenis gula sederhana.
Mengonsumsi fruktosa dapat meningkatkan rasa lapar dan keinginan akan makanan lebih dari glukosa, jenis gula utama yang ditemukan dalam makanan bertepung.
Penelitian juga menunjukkan, mengonsumsi minuman manis dikaitkan dengan penambahan berat badan dan peningkatan risiko diabetes tipe 2.
Selain itu, minum banyak minuman manis juga dikaitkan dengan peningkatan jumlah lemak visceral, sejenis lemak perut bagian dalam yang terkait dengan kondisi seperti diabetes dan penyakit jantung.
2. Meningkatkan risiko penyakit jantung
Pola makan yang tinggi gula dikaitkan dengan peningkatan risiko banyak penyakit, termasuk penyakit jantung, yang merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia.
Beberapa bukti menunjukkan, pola makan tinggi gula dapat menyebabkan obesitas dan peradangan serta tingginya kadar trigliserida, gula darah, dan tekanan darah yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Selain itu, mengonsumsi terlalu banyak gula, terutama dari minuman manis, telah dikaitkan dengan aterosklerosis, penyakit yang ditandai dengan timbunan lemak yang menyumbat arteri.
Sebuah penelitian terhadap lebih dari 25.877 orang dewasa menemukan, individu yang mengonsumsi lebih banyak gula tambahan memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung.
Selain itu, kelompok tersebut juga berisiko mengalami komplikasi koroner dibandingkan dengan individu yang mengonsumsi lebih sedikit gula tambahan.
3. Menyebabkan jerawat
Pola makan tinggi karbohidrat olahan, termasuk makanan dan minuman manis, telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena jerawat.
Hal ini lantaran, makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti makanan manis olahan, meningkatkan gula darah lebih cepat dibandingkan makanan dengan indeks glikemik lebih rendah.
Mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dan insulin, yang menyebabkan peningkatan sekresi androgen, produksi minyak, dan peradangan yang semuanya berperan dalam perkembangan jerawat.
Selain itu, bukti juga menunjukkan bahwa pola makan rendah glisemik berhubungan dengan penurunan risiko jerawat, sedangkan pola makan tinggi glisemik berhubungan dengan risiko jerawat lebih tinggi.
4. Meningkatkan risiko diabetes tipe 2
Konsumsi gula yang berlebihan secara historis dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes.
Mengonsumsi gula dalam jumlah besar secara tidak langsung dapat meningkatkan risiko diabetes dengan berkontribusi terhadap penambahan berat badan dan peningkatan lemak tubuh, yang keduanya merupakan risiko terkena diabetes.
Obesitas yang sering kali disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan dianggap sebagai faktor risiko terkuat terjadinya diabetes.
Terlebih lagi, konsumsi gula tinggi dalam jangka waktu lama mendorong resistensi terhadap insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas yang mengatur kadar gula darah.
Resistensi insulin menyebabkan kadar gula darah meningkat dan sangat meningkatkan risiko diabetes. Selain itu, penelitian menemukan bahwa orang yang minum minuman manis lebih mungkin terkena diabetes.
5. Meningkatkan risiko depresi
Pola makan tinggi gula dan makanan olahan dapat berkontribusi terhadap perubahan suasana hati dan emosi. Bahkan, kebiasaan ini mungkin meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi.
Konsumsi gula yang tinggi telah dikaitkan dengan gangguan kognitif, masalah memori, dan gangguan emosional seperti kecemasan dan depresi.
Para peneliti percaya bahwa peradangan sistemik kronis, resistensi insulin, dan gangguan sistem sinyal dopaminergik dapat disebabkan oleh peningkatan konsumsi gula dan berkontribusi terhadap dampak buruk gula terhadap kesehatan mental.
Sebuah penelitian yang melibatkan 8.000 orang menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi 67 gram atau lebih gula per hari memiliki kemungkinan 23 persen lebih besar terkena depresi dibandingkan pria yang makan kurang dari 40 gram per hari.
6. Mempercepat proses penuaan kulit
Gula dapat menjadi salah satu faktor penuaan kulit. Salah satu tandanya adalah munculnya kerutan, terlepas dari kesehatan. Pemilihan makanan yang buruk dapat memperburuk kerutan dan mempercepat proses penuaan kulit.
Produk akhir glikasi lanjutan (AGEs) adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi antara gula dan protein dalam tubuh yang diduga memiliki peran penting dalam penuaan kulit.
Mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat olahan dan gula menyebabkan produksi AGEs, yang dapat menyebabkan kulit Anda menua sebelum waktunya.
AGEs merusak kolagen dan elastin, yaitu protein yang membantu kulit meregang dan menjaga penampilan awet muda. Ketika kolagen dan elastin rusak, kulit kehilangan kekencangannya dan mulai kendur.
7. Tubuh terasa lelah dan cemas
Makanan tinggi gula dapat dengan cepat meningkatkan kadar gula darah dan insulin, sehingga meningkatkan energi pada tubuh. Namun, kenaikan tingkat energi ini hanya terjadi sebentar saja, menurut Web MD.
Makanan atau minuman yang banyak mengandung gula namun kurang protein, serat, atau lemak dapat menyebabkan peningkatan energi singkat yang segera diikuti dengan penurunan tajam gula darah, yang sering disebut sebagai crash.
Akibatnya, saat kadar gula tubuh menurun sesaat setelah konsumsi makanan dan minuman manis, seseorang mungkin akan merasa lelah, gelisah, dan cemas.
8. Menyebabkan nyeri sendi
Selanjutnya, konsumsi gula berlebih juga dapat berpengaruh pada kesehatan sendi.
Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa minuman dan makanan manis terbukti dapat memperburuk nyeri sendi karena peradangan yang ditimbulkannya pada tubuh.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa makan atau minum gula dapat meningkatkan risiko terkena rheumatoid arthritis.
9. Menyebabkan risiko penyakit hati
Fruktosa yang sering dijadikan sebagai gula tambahan dapat merusak hati ketika dikonsumsi dalam jumlah berlebih.
Ketika fruktosa dipecah di hati, fruktosa diubah menjadi lemak, yang pada gilirannya ini menyebabkan:
Batas konsumsi gula harian
Dilansir dari Kompas.com (26/9/2022), menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji, konsumsi gula per hari dianjurkan sebesar 10 persen dari total energi (200 kkal).
Jumlah tersebut setara dengan 50 gram gula atau empat sendok makan per orang per hari.
Sementara itu berdasarkan Healthline, batas konsumsi gula yang aman dikonsumsi per hari setiap orang berbeda, bergantung pada total asupan kalori, tingkat aktivitas, dan faktor lainnya.
Selain itu, saran dari Pedoman Diet Amerika Serikat menyebutkan agar seseorang mengonsumsi gula kurang dari 10 persen dari asupan kalori harian.
Bila membutuhkan 2.000 kalori per hari, maka konsumsi gula sebesar 50 gram atau setara 12,5 sendok teh (sekitar empat sendok makan).
Di sisi lain, American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi gula harian berdasarkan jenis kelamin yakni:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa yang Terjadi Ketika Terlalu Banyak Mengonsumsi Gula?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/23/110000565/apa-yang-terjadi-ketika-terlalu-banyak-mengonsumsi-gula-?page=all#page2.