SONORABANGKA.ID - Adalah Unggahan di media sosial X (Twitter) ramai membahas soal kebiasaan tidur sore yang membuat seseorang menjadi linglung saat bangun.
Hal itu bermula dari posting yang menampilkan seorang ibu-ibu terbangung dari tidur sorenya.
Ibu tersebut mengira hari masih petang sehingga bersiap-siap menuju ke acara yang akan dihadirinya. Padahal, saat itu waktu menunjukkan pukul 24.00 WIB.
"Emang suka linglung gitu kalau tidur sore," ungkap warganet @Inks******.
Mitos larangan tidur sore karena bisa bikin linglung juga diyakini kuat oleh orang Indonesia.
"Makanya orang tua itu suka bilang jangan tidur menjelang Maghrib biasanya pamali atau sendekala bisa bikin linglung dan pikun, biasanya di badan juga gak enak kaya panas kalau tidur pas menjelang maghrib," kata @Kend***********.
Lantas, mengapa tidur sore bisa linglung saat bangun?
Penjelasan pakar
Praktisi kesehatan tidur dan konsultan utama Snoring & Sleep Disorder Clinic Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta, Andreas Prasadja mengatakan, rasa linglung saat bangun tidur dalam dunia medis disebut sleep inertia.
"Sleep inertia itu sebenarnya terjadi kalau kita tiba-tiba terbangun dari tahap tidur dalam. Jadi enggak eksklusif pada siang atau sore hari saja. (Bisa) kapan pun," kata Andreas, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (5/11/2023).
Biasanya sleep inertia terjadi karena seseorang terbangun secara mendadak dari tahap tidur dalam (N3).
"Satu siklus tidur di siang hari cuma 15 menit 20 menit. Nah, sehingga orang kalau bangun tidur siang yang mungkin kebetulan bangunnya dari tahap tidur dalam yang cuma 1 jam atau 1,5 jam, begitu bangun ada sleep inertia-nya," ungkap Andreas.
Sleep inertia biasanya ditandai dengan perasaan bingung saat bangun tidur. Biasanya mereka yang mengalami sleep inertia akan lupa waktu atau bahkan lupa tempat.
Anda bisa langsung menegur atau memberi tahu apa yang sedang terjadi pada mereka yang mengalami sleep inertia.
Bahaya sleep inertia
Menurut Andreas, sleep inertia normalnya terjadi selama 10-15 detik. Namun, sleep inertia yang ekstrem bisa terjadi lebih lama dari itu.
"Bisa terjadi 30 menit," kata dia.
Kalau sleep inertia terjadi dalam waktu singkat, Andreas memastikan hal itu tidak berbahaya. Sebaliknya, jika sleep inertia terjadi terus menerus dalam jangka panjang, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter spesialis.
"Kalau (sleep inertia) beberapa kali terjadi tentu harus diperiksakan. Tapi kalau jarang-jarang dan memang sedang kurang tidur, cukup ditambah saja tidurnya," tandasnya.
Penyebab sleep inertia
Dikutip dari Sleep Foundation, penyebab sleep inertia belum diketahui secara pasti. Tapi, secara teori ada tiga penyebab sleep inertia terjadi, yaitu:
1. Peningkatan gelombang delta
Penelitian menunjukkan sleep inertia disebabkan karena adanya peningkatan gelombang delta di bagian belakang otak.
Gelombang delta atau gelombang lambat paling sering terlihat pada tahap tidr non-rapid eye movement (NREM). Gelombang delta lebih cenderung meningkat setelah periode kurang atau kehilangan tidur.
Sleep inertia mungkin terjadi ketika otak belum mengurangi gelombang delta sebagai persiapan untuk bangun, atau tiba-tiba terbangun selama tidur NREM.
2. Kadar adenosin
Adenosin adalah senyawa asam nukleat yang ditemukan di otak. Senyawa ini memainkan peran penting dalam tidur dan terjaga.
Saat bangun tidur, kadar adenosin seharusnya rendah.
Penelitian menunjukkan, kadar adenosin yang tinggi saat bangun tidur dapat menyebabkan sleep inertia.
3. Kekurangan tidur
Kekurangan tidur dapat menyebabkan aliran darah ke otak menjadi berkurang yang biasa disebut dengan Chronic fatigue syndrome (CFS).
Gejala CFS mirip dengan sleep inertia dan mungkin saja penurunan aliran darah saat bangun tidur mengakibatkan gejala sleep inertia.
Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan temuan tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Tidur Sore Bikin Linglung Saat Bangun? Ini Kata Pakar", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2023/11/05/164500265/mengapa-tidur-sore-bikin-linglung-saat-bangun-ini-kata-pakar?page=all#page2.