"Jadi ini kelebihan dan pembeda antara BYD dengan merek lain," ujar Zhao.
Luther T Panjaitan, Kepala Marketing dan Komunikasi PT BYD Motor Indonesia, mengatakan, bahkan jauh sebelum itu BYD sudah masuk lebih dulu ke Indonesia lewat produk-produknya, yaitu berupa bus listrik dan mobil listrik yang dipakai untuk jasa transportasi.
"Di Indonesia sendiri sebetulnya kami tidak baru-baru banget, pada 2018 kami masuk ke Indonesia dengan EV bus produk. Di 2018 kita kerjasama dengan Blue Bird untuk komersial taksi dan 2019 sudah beroperasi di jalanan Jakarta," katanya.
"Kami juga mendorong adanya industrialisasi dengan karoseri di Magelang, Jawa Tengah, untuk produksi bus sampai sekarang masih berjalan," ucap Luther.
Kemudian jika dilihat secara global, kata Luther, saat ini BYD sudah masuk ke lebih dari 70 negara, enam benua, dan beroperasi di 400 kota seluruh dunia.
Secara global pendapatan perusahaan juga terus meningkat. Berdasarkan data pada 2021 pendapatan tahunan (annual revenue) BYD pada 2021 berkisar 33,9 juta dollar dan pada 2022 menjadi 61,7 juta dollar AS atau meningkat 56 persen.
"Secara pendapatan kami oke, karena BYD juga merupakan salah satu produsen baterai terbesar kedua di dunia. Artinya EV saat ini masih dalam proses pengembangan dan cenderung loss, tapi BYD yang membuat baterai tetap oke," katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan BYD Lebih Hati-hati Masuk ke Pasar Mobil Listrik Indonesia", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2023/12/07/082200715/alasan-byd-lebih-hati-hati-masuk-ke-pasar-mobil-listrik-indonesia.