Jamu asli Indonesia terbuat dari berbagai empon-empon dan rempah. (SHUTTERSTOCK W1SNU.COM)
Jamu asli Indonesia terbuat dari berbagai empon-empon dan rempah. (SHUTTERSTOCK W1SNU.COM) ( KOMPAS.COM)

Jamu Diakui sebagai Warisan Kebudayaan Dunia

13 Juni 2024 16:52 WIB

Selama abad ke-19 dan ke-20, farmasi terus berkembang dan beradaptasi terhadap tantangan dan peluang baru.

Pengenalan teknologi baru seperti mikroskop elektronik bahkan nuklir, memungkinkan apoteker untuk lebih memahami komposisi obat dan berbagai mekanisme penyakit.

Perkembangan obat-obatan baru, seperti antibiotika, mengubah wajah farmasi dan merevolusi pengobatan infeksi.

Pada abad XXI, bidang farmasi menjadi semakin terspesialisasi dan teregulasi. Apoteker saat ini adalah para profesional berpendidikan tinggi yang bekerja sama dengan dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya untuk memastikan bahwa pasien menerima pengobatan dan pengobatan yang aman dan higienis.

Mereka bertanggung jawab untuk mendistribusikan dan meracik obat farmasi, serta memberikan konseling kepada pasien tentang cara menggunakannya dengan aman dan efektif.

Tapi dalam perkembangannya setara dengan segenap ilmu yang pernah digagas manusia pada hakikatnya ilmu farmasi juga tetap tidak sempurna, maka mustahil bisa lepas dari proses “trial and error” (coba dan keliru).

Tidak sedikit manusia jatuh sebagai korban kegagalan ilmu farmasi dalam upaya mengobati manusia, baik berupa kesehatan maupun nyawa.

Tragedi "thalidomide" merupakan satu di antara sekian banyak contoh kegagalan ilmu farmasi yang tercatat dalam lembaran hitam sejarah sains.

Termutakhir yang terbuka terberitakan ke umum adalah ketidak-sempurnaan vaksin Covid-19 yang ternyata dianggap memiliki dampak samping cukup signifikan terhadap kesehatan manusia.

Pada hakikatnya obat farmasi adalah obat tradisional Barat, sama halnya dengan jamu adalah obat tradisional Indonesia.

Fakta sejarah secara tak terbantahkan membuktikan bahwa sebelum obat farmasi dibawa masuk oleh kaum penjajah dari Eropa, masyarakat Nusantara sudah menjaga kesehatan dengan jamu. Fakta sejarah juga membuktikan bahwa sejak Desember 2023, UNESCO sudah mengakui jamu sebagai warisan budaya dunia. WHO juga memaklumatkan preventif dan promotif yang notabene merupakan daya-utama jamu sebagai paradigma pelayanan kesehatan abad XXI.

Berdasar tiga fakta tersebut layak diyakini bahwa sebenarnya sudah tidak ada alasan lagi bagi pemerintah Indonesia untuk tidak menempatkan jamu dan pengobatan tradisional Nusantara berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan obat farmasi dan pengobatan tradisional Barat di sistem pelayanan kesehatan nasional Indonesia. MERDEKA!

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jamu sebagai Warisan Kebudayaan Dunia", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2024/06/13/054618565/jamu-sebagai-warisan-kebudayaan-dunia?page=all#page2.


SumberKOMPAS.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm