SONORABANGKA.ID - Adalah Hampir semua tempe yang ada di Indonesia disebut terbuat dari kedelai impor dari Amerika Serikat dan bisa menjadi sumber asam urat, kolesterol, dan kanker.
Hal itu diungkapkan oleh unggahan video dari akun media sosial X atau Twitter @Boediant*** pada Selasa (30/7/2024).
Dalam video tersebut, masyarakat diimbau tidak makan tempe dari kedelai yang seratus persen berasal dari impor.
Tempe sendiri disebut tidak terbuat dari kedelai lokal karena kedelai lokal tercampur banyak kerikil. Selain itu, kedelai lokal juga disebut tidak bisa mengembang sehingga tempe yang dihasilkan akan berukuran kecil.
Video itu juga menyebut tempe dari kedelai impor termasuk genetically modified organism (GMO). Hal tersebut membuat tempe dipercaya menyebabkan asam urat dan kolesterol tinggi, serta memicu sel kanker.
"Saya minta tolong jangan makan tempe. Ketika saya katakan jangan makan tempe, ini alasannya," tulis pengunggah.
Lalu, benarkah semua tempe di Indonesia terbuat dari kedelai impor sehingga menyebabkan asam urat, kolesterol, dan kanker?
Kedelai tempe bukan penyebab penyakit
Dokter spesialis gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Yohannessa Wulandari membantah klaim tempe yang terbuat dari kedelai impor dan disebut dapat menyebabkan penyakit.
"Tempe tidak menyebabkan asam urat, kolesterol, dan kanker," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (31/7/2024).
Menurutnya, tempe tidak menyebabkan ketiga penyakit itu ketika dimasak dengan lemak jenuh atau transfat serta gula yang minimal. Suhu pemasakannya pun harus sesuai.
Ketika tempe dimasak dalam suhu terlalu tinggi, maka zat karsinogenik penyebab kanker dapat timbul pada bahan makanan.
Kesimpulannya, tempe tidak menyebabkan asam urat, kolesterol, dan kanker selama minyak dan gula yang digunakan untuk memasak tidak terlalu banyak, serta dimasak tidak terlalu lama dalam suhu tinggi.
Yohannessa menambahkan, ada banyak faktor penyebab penyakit seperti asam urat, kolesterol, dan kanker.
Asam urat salah satunya dapat terjadi karena kelainan ginjal, tinggi asupan purin, serta tinggi asupan gula sederhana seperti high corn fructose syrup.
Kolesterol total atau LDL tinggi terjadi karena kelainan metabolisme, familial, serta tinggi asupan lemak jenuh atau lemak trans.
Sementara kanker disebabkan adanya pertumbuhan sel kanker dengan berbagai risiko tergantung jenis dan lokasi kanker tersebut. Misalnya, kanker kolorektal dapat disebabkan konsumsi makanan mengandung lemak jenuh atau lemak trans tinggi tapi rendah serat.
Tempe dari kedelai GMO
Narasi video viral tersebut menyatakan tempe dibuat dari kedelai hasil genetically modified organism (GMO) yang diimpor dari Amerika Serikat.
GMO adalah organisme yang dibuat menggunakan teknik rekayasa genetika dengan menambahkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan. Contohnya, rekayasa untuk meningkatkan pertumbuhan, kandungan nutrisi, atau ketahanan dari penyakit.
Dokter spesialis penyakit dalam Andi Khomeini Takdir Haruni membenarkan ada bahan makanan yang terbuat dari GMO, termasuk beras yang sebagian besar ditanam di Indonesia.
Tapi, dia menyebut belum ada bukti dan penjelasan lebih lanjut yang menunjukkan makanan GMO menyebabkan kanker pada manusia.
"Ya belum tentu makan tempe memicu kanker karena kedelainya GMO," ujar Andi, dikutip dari Kompas.com (15/5/2024).
Menurut dia, kanker terjadi karena berbagai faktor. Misalnya, faktor genetik, makanan, lingkungan, stres, dan pola hidup tidak sehat.
"Jadi, bukan hanya satu itu (tempe) yang berkontribusi terhadap kanker," imbuh dia.
Alasan impor kedelai
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menyampaikan, pengusaha tempe Indonesia menggunakan kedelai impor karena memiliki standar warna, ukuran, dan bentuk.
"Tapi kalau kedelai lokal itu pada umumnya tidak ada standarisasi. Namun karena dia alamiah, ini proteinnya, gizinya lebih tinggi, lebih bagus daripada kedelai impor," kata Aip, dikutip dari Kompas.com (1/3/2023).
Produsen tempe biasanya mengimpor kedelai asal Amerika Serikat, Argentina, Brasil, dan Kanada yang dibuat menggunakan teknologi dan sistem tepat sehingga produknya seragam.
Pengajar ilmu teknologi pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Suliantri menilai kedelai dalam negeri memiliki kandungan protein yang lebih tinggi.
"Sekilas, tidak ada bedanya kedelai impor dan lokal, hanya kandungan gizinya lebih tinggi kedelai lokal," katanya.
Namun menurut Suliantari, jumlah kedelai lokal tidak cukup memenuhi kebutuhan produksi tempe. Karena itu, koperasi tempe di Indonesia lebih banyak menyetok kedelai impor daripada kedelai lokal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Tempe yang Terbuat dari Kedelai Impor Bisa Picu Penyakit? Ini Kata Ahli Gizi UI", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2024/08/01/090000265/benarkah-tempe-yang-terbuat-dari-kedelai-impor-bisa-picu-penyakit-ini-kata?page=all#page2.