SONORABANGKA.ID - Adalah Pemerintah melalui Menteri Pertanian RI Amran Sulaiman resmi meluncurkan bahan bakar campuran solar dengan minyak sawit dengan rasio masing-masing 50 persen atau B50, Senin (19/8/2024).
Langkah ini merupakan salah satu upaya Tanah Air dalam memastikan akses energi yang terjangkau dan ramah lingkungan. Pasalnya, B50 tidak cuma mengurangi emisi karbon, tapi juga menekan defisit atas perdagangan.
"Biodiesel B50 dapat menghemat devisa negara untuk impor solar yang membebani keuangan negara rata-rata hingga Rp 300-400 triliun per tahun," ujar Amran dalam keterangannya, dikutip pada Selasa (20/8/2024).
Di sisi lain, pemanfaatan minyak sawit untuk B50 juga sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar ekspor sawit yang kerap mendapat kampanye negatif yang berdampak pada terganggunya ekspor sawit nasional.
"Untuk itu, saat ini kami ditugaskan mengawal kesiapan pemerintah untuk program implementasi Biodiesel B50 tersebut, tidak hanya dari sisi suplai pada kesiapan bahan baku Crude Palm Oil (CPO), tetapi lebih luas lagi," kata Amran.
Bahan bakar biodiesel B50 diproduksi PT Jhonlin Agro Raya (JAR) dan diuji coba langsung ke kendaraan oleh Amran. Dalam uji coba terkait kendaraan yang digunakan ialah Toyota Kijang Innova tahun 2018 tanpa modifikasi pada mesin atau selang.
Adapun uji coba dilaksanakan hingga Juli 2024 dan telah menempuh jarak 170.891 kilometer.
"Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terdapat kelebihan penggunaan B50 meliputi hasil uji coba pada kendaraan publik untuk B50 rata-rata dapat menempuh 11,82 km per liter," kata Ketua Working Group Biodiesel B50 Dirjen PSP Kementan, Andi Nur Alamsyah.
Lebih jauh, pengujian pada kendaraan lapangan atau double cabin, efisiensi B50 mencapai 10,4 kilometer per liter, sedangkan B35 hanya 9 km per liter.
Sementara pengujian pada alat seperti buldoser, ekskavator, dan truk juga menunjukkan keunggulan efisiensi B50.
"Penggunaan B30 sudah mampu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 22,7 juta ton CO2 equivalent sehingga implementasi B50 diperkirakan mampu menurunkan emisi setidaknya 50 jut aton CO2 equivalent," ujar dia.
Keunggulan lain dari B50 adalah kandungan sulfurnya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar solar konvensional.
Kalau terlalu tinggi kadarnya sulfur pada solar dapat menyebabkan kerak, menimbulkan kerusakan pada komponen mesin, hingga saluran bahan bakar.
Dengan kandungan sulfur yang lebih rendah, B50 diharapkan dapat memperpanjang umur mesin kendaraan sekaligus mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Meski demikian, Andi mengatakan tantangan utama dalam pengembangan Biodiesel B50 adalah pemenuhan bahan baku CPO dan peningkatan efisiensi produksi pabrik.
"Kami juga sedang melakukan penyesuaian infrastruktur dan sarana prasarananya untuk program B50 ke depan," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "B50 Resmi Diluncurkan, Berikut Hasil Uji Coba pada Kendaraan", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2024/08/20/150100015/b50-resmi-diluncurkan-berikut-hasil-uji-coba-pada-kendaraan.