Sejarah pun mencatat banyak contoh bagaimana orang yang belajar dan bekerja di luar kemudian kembali membawa perubahan besar. Jepang, misalnya, melakukan modernisasi industri dengan mengirim orang-orangnya untuk mempelajari beragam teknologi di negara lain.
Dalam proses ini, mereka mengadopsi sistem produksi yang kemudian disempurnakan menjadi Toyota Production System, terinspirasi dari jalur perakitan (assembly line) yang pertama kali populer di Amerika Serikat. Korea juga demikian; mereka banyak mempelajari teknologi dan manajemen industri dari luar, lantas mengembangkannya hingga menjadi salah satu pemain kunci di sektor elektronik dan otomotif di tingkat global.
MENJADI BAGIAN DARI SOLUSI
Ketika seseorang akhirnya kembali dengan ide serta keterampilan baru, ia berpeluang memberi dampak besar, entah di bidang teknologi, pendidikan, atau wirausaha.
Dengan pola pikir global, kita bisa membantu memperkuat daya saing Indonesia sekaligus membukakan peluang bagi lebih banyak orang untuk maju.
“Pulang” pun bukan berarti harus langsung mendirikan perusahaan besar atau membuat terobosan spektakuler. Terkadang, perubahan kecil pun cukup berarti: mengajar di lingkungan sekitar, membangun komunitas pelatihan keterampilan, atau bahkan memotivasi rekan-rekan lain untuk ikut berkembang.
PENTINGNYA PERENCANAAN
Sebelum memutuskan untuk menjalankan #KaburAjaDulu, ada beberapa hal yang patut dipikirkan:
1. Tujuan yang Jelas
Pastikan Anda tahu apa yang ingin diraih dari perjalanan ke luar negeri. Misalnya, mempelajari industri tertentu, menambah jejaring, atau memperdalam keahlian tertentu.
2. Persiapan Fisik dan Mental
Tinggal di luar negeri memerlukan adaptasi besar-besaran. Jangan takut gagal di awal, karena justru dari kesalahan kita belajar untuk menjadi lebih baik.
3. Strategi Pulang
Tentukan sejak awal, bagaimana Anda akan mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh ketika kembali. Terkadang, langkah ini justru lebih menantang daripada saat pertama kali pergi.
PENUTUP
Pada akhirnya, #KaburAjaDulu tidak selalu bermakna kabur selamanya. Bagi banyak orang, ini adalah langkah strategis untuk membekali diri agar kelak siap kembali dan berkontribusi lebih maksimal di Indonesia. Seperti yang dilakukan berbagai negara di Asia—belajar dari tempat lain, lalu menyempurnakannya di rumah sendiri—kita juga bisa menempuh jalan serupa.
Semoga pengalaman pribadi saya, yang pernah tumbuh di lingkungan penuh keterbatasan dan kemudian keluar untuk memperdalam wawasan, dapat memberi gambaran bahwa “kabur” bisa jadi bentuk investasi masa depan. Langkah ini tidak bertentangan dengan rasa cinta kepada Tanah Air. Justru, semangatnya adalah untuk membawa pulang sesuatu yang berharga, demi masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Bagi Anda yang ingin bertukar gagasan atau berbagi pengalaman, feel free to follow me on LinkedIn: Dymasius Sitepu.
Artikel ini telah tayang di BangkaPos.com dengan judul Kisah Anak Rel Kereta yang Menolak Menyerah hingga Bisa Kuliah di Universitas Top 1 Asia NUS, https://bangka.tribunnews.com/2025/02/19/kisah-anak-rel-kereta-yang-menolak-menyerah-hingga-bisa-kuliah-di-universitas-top-1-asia-nus?page=all.