Kuning telur cuma memerlukan suhu 65 derajat celsius untuk matang, sedangkan putih telur memerlukan sedikit panas lebih tinggi pada suhu 85 derajat celsius.
Para peneliti yang dipimpin oleh Pellegrino Musto, seorang ilmuwan yang bekerja di Dewan Riset Nasional Italia di Pozzuoli, pertama kali mensimulasikan proses memasak telur yang disebut sebagai "memasak berkala".
Simulasi tersebut menyarankan metode baru yang mungkin sama sekali belum diketahui oleh sebagian besar koki dan juru masak.
Memasak berkala yang dimaksud ialah memasak telur secara bergantian dalam panci berisi air mendidih yang dijaga pada suhu 100 derajat celsius dan menaruhnya ke dalam mangkuk hangat yang dijaga pada suhu 30 derajat celsius.
Untuk mendapatkan kematangan sempurna, telur harus dipindahkan di antara kedua suhu tersebut setiap 2 menit selama total durasi 32 menit.
Sehingga, ada sekitar 16 kali pemindahan yang harus dilakukan untuk menghasilkan rebusan telur yang sempurna.
Memang tampak merepotkan, namun jika dilakukan dengan metode measak secara berkala hasil telur rebus akan sangat luar biasa.
Ketika para ilmuwan mencoba metode baru ini, mereka mengonfirmasi keunggulan ini dengan menganalisis tekstur, kualitas sensorik, dan struktur kimia telur yang direbus dengan sempurna.
Metode memasak berkala membuat telur mengandung banyak Polifenol
Dilansir dari Health.com, Jumat (7/2/2025) para peneliti tidak yakin mengapa metode "memasak berkala" dapat menyebabkan telur mengandung lebih banyak polifenol.