Ternyata penampilannya di acara itu rupanya dilirik seorang sutradara.
"Ada kebetulan sutradara mau produksi tinggal satu tokoh Madura yang belum dapat, akhirnya saya kepilih buat casting," kata Kadir.
Kadir tak menyangka karena ia hanya muncul selama lima menit dan berperan sebagai dukun.
Kadir merasa beruntung dengan peran dukun tersebut yang mengantarkannya ke dunia hiburan yang lebih luas.
Kadir pernah menjadi anggota sebuah kelompok seni ludruk. Dia mengalami kehidupan yang keras saat itu.
"Makan sehari sekali? Sering sekali. Karena apa, kita gajian mengandalkan penonton. Begitu kita mau main sore, misalnya, hujan deras. Siapa yang mau nonton? Enggak ada pemasukan," kata Kadir.
Bahkan, pemeran film Cintaku di Rumah Susun itu menyebut uang yang didapatkan kadang tidak cukup untuk membeli makan, meskipun sekali.
"Minimal kalau main ramai, malam Minggu itu bisa makan dua kali," kata Kadir.
Akhirnya, cara terbaik untuk mengatasi keterbatasan ekonomi itu, Kadir biasa membuat nasi liwet bersama teman-temannya.
Kepada pembawa acara Raffi Ahmad, Kadir juga menceritakan masa-masa pahitnya saat masih kecil.
"Saya kelas 4 SD, abah saya meninggal, saya panggil bapak saya itu abah. Tinggal ibu saya yang tidak pernah kerja, kebingungan. Mau tidak mau saya membantu," kata Kadir.
Pria kelahiran September 1951 itu pun sudah bekerja demi mendapatkan uang.
Dia misalnya pernah berjualan permen tape sambil bersekolah.
Kadir sangat bersyukur karena pekerjaan-pekerjaan kecil seperti itu bisa meringankan beban ibunya.
"Pulang saya dapat rezeki sendiri, tidak ganggu orangtua. Terus baru saya ikut sandiwara ludruk," kata Kadir.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kadir Cerita Asal-usul Nama Panggung hingga Kehidupan Keras sejak Kecil", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/hype/read/2020/09/20/084202166/kadir-cerita-asal-usul-nama-panggung-hingga-kehidupan-keras-sejak-kecil.