Situasi ini membuat seseorang memendam dan menahan perasaan tidak nyaman di alam bawah sadarnya.
Lama kelamaan hal itu bisa menghancurkan dirinya.
Padahal sebagai manusia, merasa tidak nyaman, sakit, gagal, lemah adalah hal yang wajar.
"Perlu diingat, kita tidak bisa selalu bahagia dan selalu nyaman dalam hidup," ujar psikolog yang akrab disapa Ega saat dihubungi Kompas.com.
Ditambahkan olehnya, mengakui diri sedang lemah, terpuruk, tidak senang, sakit, gagal, kadang malah justru diperlukan.
Namun bukan berarti harus terus terjebak dalam perasaan negatif.
Untuk mengatasinya, kita perlu juga untuk mengakui kekuatan di dalam diri kita.
"Cari tahu apa yang bisa dilakukan untuk membuat diri merasa lebih baik. Ini step yang penting juga," kata Ega.
Cobalah untuk memvalidasi dan ajak diri melakukan suatu aksi sehingga kenyamanan diri bisa dirasakan kembali.
Jadi dengan begitu, toxic positivity bisa dihindari sekaligus bangkit dari keterpurukan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menerima Kekurangan, Cara Terhindar Dari Toxic Positivity", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/28/170912220/menerima-kekurangan-cara-terhindar-dari-toxic-positivity?page=2.