Seperti suara yang dihasilkan kalatea dan sirih gading, berbeda dengan hanjuang.
Selain bereksperimen, mereka berdua membaca sejumlah riset. Rupanya nada itu berhubungan erat dengan uap air, udara, kelembapan, dan lain-lain.
Angkuy mengatakan, ketika menyerap air, tanaman mengeluarkan banyak energi, baik itu air, uap, udara, sehingga menghasilkan gelombang elektrik, karena tumbuhan adalah makhluk hidup.
“Kita penasaran, apakah gelombang energi tanaman bisa kita respons. Lalu kami rekam datanya, di-translate menjadi bentuk MIDI file."
"Ini komputerisasi nada, bisa ditulis di komputer, nanti (pola suara) bisa memainkan nada sendiri,” tutur dia.
Kalau tanaman kekurangan air atau media tanam kering, permainan musiknya melambat.
Seolah memberi tahu kalau tanaman tengah kehausan. Hasil terjemahan MIDI file tersebut kemudian dimainkan dalam bentuk not pada synthesizer.
“Kami sendiri di sini jadi kaya konduktor,” kata alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran Bandung tersebut.
Konser Bottlesmoker ini dapat disaksikan melalui kanal Instagram TV @goetheinstitut_bandung dengan tagar #AMAN.
Rupanya, hal ini menarik minat para pecinta tanaman. Mereka ingin mengetahui tanaman mereka tengah happy, sedih, atau perasaan lainnya.
Menuju ke arah sana, tentunya memerlukan waktu untuk penelitian lebih jauh.
Angkuy mengaku bahwa saat ini ia tengah menyempurnakan alat untuk merekam pola nada tanaman.
Tak hanya itu, tanaman yang diteliti pun bertambah, menjadi 10 tanaman. Satu di antaranya monstera. Kita tunggu saja ya...
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Unik, Bottlesmoker Bikin Musik dari "Suara" Tanaman, Apa Hasilnya?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/12/22/152804020/unik-bottlesmoker-bikin-musik-dari-suara-tanaman-apa-hasilnya?page=2.