SonoraBangka.id - Kamu pernah mendengar istilah sandwich generation atau generasi sandwich?
Ya, generasi sandwich menggambarkan satu orang yang bertanggung jawab dengan generasi di atasnya, yaitu orangtuanya dan di bawahnya (bisa anak atau keponakan).
Kehidupan generasi sandwich memang rentan stres karena mereka harus mengurus kebutuhan orangtua dan juga anak-anak sekaligus.
"Semuanya harus diurus, mulai dari kesehatan, finansial, kebutuhan rumah tangga, membagi waktu dan perhatian, plus harus mengurus kebutuhan sendiri juga," kata psikolog Vera Itabiliana dalam acara yang diadakan oleh Beko Home Appliance di Jakarta (9/11).
Orang berusia 30-50 tahun biasanya menjalani kehidupan sebagai generasi sandwich.
"Di usia ini biasanya mereka juga ada kebutuhan punya sesuatu yang dibanggakan, bisa berupa rumah atau pekerjaan," kata Vera.
Terjebak dalam situasi harus melakukan banyak hal sekaligus, punya tanggung jawab besar, tetapi waktu sedikit, membuat generasi "terjepit" ini rentan stres.
Penelitian Asosiasi Psikolog Amerika mengungkap, 2 dari 5 laki-laki dan 40 persen perempuan generasi sandwich merasakan stres berat.
"Mereka terus merasa terburu-buru dalam menjalankan hari-harinya," kata Vera. Kondisi serupa juga dialami Danesya Juzar, ibu dua anak laki-laki berusia 5 tahun dan setahun.
"Terkadang yang bikin stres adalah keinginan untuk mengerjakan semua sendiri.
Harus mengurus rumah, mengantar anak sekolah, memasak, ditambah kewajiban untuk memberi perhatian pada orangtua," kata Danesya.