SonoraBangka.id - Di seluruh dunia pun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, ada 1 milyar orang atau 15 persen dari total populasi global yang memiliki disabilitas.
Nah, berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2018, diperkirakan ada 14,2 persen atau sekitar 30,38 juta jiwa penyandang disabilitas di Indonesia.
Kaum difabel cenderung mendapatkan tantangan lebih besar untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini terjadi karena kekurangan akses, keterbatasan cara komunikasi, adanya diskriminasi, hingga stigma negatif yang terus melekat.
Termasuk salah satunya adalah keterbatasan dalam mengekspresikan diri dalam hal fesyen dan kecantikan.
Berangkat dari kondisi tersebut, gerakan Lipstick untuk Difabel (LUD) pun didirikan sejak Juli 2018.
Pendiri LUD, Laninka Siamiyono mengungkapkan, gerakan itu awalnya merupakan sebuah upaya untuk mendorong kaum perempuan difabel mampu tampil lebih percaya diri melalui makeup.
"Bentuk gerakan ini berupa donasi kepada wanita difabel dengan mengumpulkan lipstik dari sumbangan sesama wanita di Indonesia," ungkapnya melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Dalam waktu dua tahun, LUD berkembang menjadi sebuah komunitas inklusif yang menyatukan wanita difabel dan non-difabel untuk saling menyemangati, berbagai informasi dan saling peduli satu sama lain.
Salah satu kolaborasi terbaru mereka adalah bersama Yuna & Co., platform personal styling dengan teknologi machine-learning.
Sebagai bentuk dukungan terhadap LUD, Yuna & Co. memberikan jasa personal styling serta menyediakan fashion items untuk enam orang model difabel pada sesi pemotretan terbaru LUD.
Kolaborasi ini didukung pula oleh brand-brand desainer lokal Indonesia, yang merupakan partner Yuna & Co., antara lain Figure, Le Bijou, Clouwny, Senora, Elgra, Cloxvox, Ramune, Jauw Active, Bearnice, Square The Label, dan Mava.
Yuna & Co. juga memproduksi konten tentang LUD yang akan dimuat dalam kanal digital perusahaan serta segenap media partnernya.
Sebagai seorang difabel, tambah Laninka, dirinya melihat kebutuhan fesyen para perempuan difabel masih kurang terperhatikan.
Menurutnya, masih banyak orang yang beranggapan para difabel tidak pantas berpenampilan menarik.
"Melihat visi dan misi Yuna & Co., saya merasa mereka dapat membantu teman-teman difabel untuk menemukan style terbaik mereka dalam berbusana, bukan hanya makeup, tetapi pakaian yang tepat juga mampu meningkatkan rasa percaya diri semua perempuan,” ujarnya.
Harapan Winzendy Tedja selaku pendiri dan CEO Yuna & Co., kolaborasi bersama LUD dapat menyebarluaskan kesadaran dan kepedulian masyarakat tentang pentingnya kesetaraan akses untuk kaum difabel.
"Mereka memiliki potensi, kemampuan, dan kegigihan yang sama dengan semua perempuan dan manusia lain."
Winzendy juga mengungkapkan, bahwa keterbatasan fisik tidak boleh menghalangi mereka untuk terus berkarya, mencintai diri sendiri, dan melampaui batas-batas yang ada.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ajak Perempuan Difabel Lebih Percaya Diri Melalui Fesyen", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/01/06/111327420/ajak-perempuan-difabel-lebih-percaya-diri-melalui-fesyen?page=all.