SonoraBangka.id - Dianugerahi anak " spesial" dengan sindroma down (”down syndrome”) pada awalnya bisa membuat para orangtua berurai air mata.
Tetapi dengan penerimaan dan jiwa besar, pengasuhan anak dengan sindroma down menjadi perjalanan yang menguatkan.
Beberapa tahun yang lalu, Dini Prihatini (43) menanti kelahiran anak ketiganya, Rizqy, dengan perasaan bahagia.
Dengan masa kehamilan yang berjalan normal. Tak ada yang aneh di hari H. Proses melahirkan berlangsung lancar seperti dua kelahiran sebelumnya.
Harapan Dini hanya satu, kelahiran si bungsu akan melengkapi kebahagiaan keluarga kecilnya.
Namun, seusai melahirkan, Dini tak kunjung dapat melihat si kecil. Pada hari kedua pasca kelahiran, Dini mendesak petugas medis mengantar si kecil ke kamarnya.
”Yang datang justru suami didampingi dokter anak yang membantu saya melahirkan. Dokter kemudian mengatakan kalau anak saya kemungkinan suspect down syndrome (DS),” ungkap Dini menceritakan peristiwa enam tahun lalu.
Dini dan suaminya pun bertangisan. ”Memang kami pernah mendengar tentang DS. Tapi enggak pernah menyangka kejadian ini akan menimpa kami,” kata Dini.
Beruntung dokter anak yang menjelaskan memberikan dukungan moral kepada Dini dan suami.
”Ini anak spesial. Allah menitipkan kepada ibu karena tahu ibu spesial,” ungkap Dini mengutip kalimat dokter.
Kalimat itu membuat Dini kuat dan mampu menerima keadaan dengan lebih positif.
”Kami menerima Rizqy apa adanya. Kami menangis karena khawatir dengan masa depan kami.
Apakah kami akan sanggup merawatnya karena merawat anak DS tidak mudah, apalagi dengan segala keterbatasan,” kata Dini.
Tak terdeteksi
Aryani Saida (39) juga sama sekali tak pernah menyangka anak ketiganya, Tarra, akan lahir dengan DS. Yani - panggilannya-bahkan telah berulang kali memastikan kondisi Tarra sebelum lahir melalui USG 3 dimensi dan 4 dimensi.
”Dokter mengatakan semuanya baik-baik saja,” tutur Yani. Rupanya Tuhan berkehendak lain.