Kita memang tidak dapat mengontrol hal apa yang akan membuat kerusakan dan mana yang tidak.
Namun, setidaknya kita dapat berhati-hati dalam membuat alur cerita yang cenderung dapat diinterpretasi negatif oleh masyarakat secara umum.
Kedua, masyarakat penonton atau follower selebritas juga diharapkan dapat memilah-milah mana tayangan atau konten yang bermanfaat, dan mana yang tidak.
Maka dari itu, bekal mental dan moral yang cukup kuat diperlukan dalam hal ini.
Bagi orang tua yang masih mempunyai anak kecil dan remaja, sebaiknya sering-sering berdiskusi mengenai tayangan dan tontonan yang sedang digandrungi anak-anak mereka.
Kritik terhadap anak tidak akan membantu, malah membuat mereka semakin penasaran dengan tayangan tersebut.
Dengan berdiskusi, kita dapat tetap memantau apa yang ditonton anak, serta bagaimana interpretasi mereka terhadap tayangan tersebut.
Imbauan kepada para pembuat konten juga penting, agar setidaknya membuat tayangan yang juga membuat penonton tergugah untuk bekerja keras, disiplin, dan jujur.
Misalnya, dengan menceritakan kisah mereka sebelum sukses. Kita juga sebagai penonton dapat memilih film atau konten yang berkualitas, yang memacu kita untuk selalu berpikiran positif dan berusaha dalam mencapai apa yang kita idam-idamkan.
Pengawasan secara konsisten dari masyarakat dan pemerintah juga diperlukan, sehingga tontonan menjadi tetap berkualitas dan bermanfaat.
Siapa lagi yang akan menjaga mental dan moral kita, kalau bukan kita bersama.
Riana Sahrani
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Salahnya Pamer Gaya Hidup Glamor?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/06/23/144210120/apa-salahnya-pamer-gaya-hidup-glamor?page=2.