Usia produktif ini, lanjut Nur, adalah saat tepat menjaga dan berinvestasi pada kesehatan jiwa.
Ia menuturkan, selayaknya kita berusaha mengenali diri sendiri apakah tujuan yang ingin dicapai sudah benar, dan apakah sudah tepat apa yang sudah kita jalankan.
"Dari refleksi itu dulu, kita bisa tahu apa yang harus kita lakukan untuk kesehatan jiwa. Karena apa yang tepat untuk kita belum tentu tepat untuk yang lain," kata dia.
Menurut dia, seseorang saat ingin menggapai ambisinya kerap lupa, seperti sedang berlari sprint.
"Ada banyak tujuan-tujuan yang berusaha kita capai. Tapi lupa untuk berhenti dulu.
Tengok ke belakang, yang aku lakukan kemarin sudah tepat lakukan apa gak." "Sesi berhenti sejenak terlupakan, karena ambisi-ambisi yang ingin dikejar," ungkap Nur.
Nur menuturkan ada beberapa dampak yang dirasakan jika tantangan persaingan di dunia kerja tidak bisa teratasi.
Pertama adalah munculnya perasaan negatif seperti merasa sedih karena perasaan tidak bisa achieve atau mencapai tujuannya atau mimpinya.
"Lalu juga perasaan disosiasi, kita merasa kita tidak terhubung dan terkoneksi dengan lingkungan sosial kita," tutur Nur.
"Hal-hal yang sudah semakin cukup banyak tantangannya dan tidak bisa menghadapinya, emosi-emosi negatif ini jadi bom waktu," tambah Nur.