SonoraBangka.id - Kita perlu membekali diri dengan wawasan yang memadai jika ingi berinvestasi.
Anda bisa mencari informasi atau ilmu tentang investasi melalui buku, internet, atau seminar.
Selain itu, kita juga perlu belajar cara investasi yang benar dari orang-orang yang ahli di bidangnya agar semakin pintar atur uang.
Salah satunya, kita bisa belajar dari Lo Kheng Hong, investor kawakan tanah air yang menjadi miliarder hanya dengan berinvestasi di pasar saham.
Sebagai investor sukses, Lo Kheng Hong bahkan dijuluki sebagai Warren Buffet-nya Indonesia.
Belum lama ini, Lo Kheng Hong membagikan kunci sukses dirinya saat berinvestasi.
Hal itu ia ungkapkan dalam acara webinar yang digelar Kontan, Sabtu (17/07) lalu, dikutip dari Kontan.
Pada kesempatan itu, Lo Kheng Hong mengungkapkan bahwa ia memiliki kebiasaan membaca.
Ia menilai, kebiasaan membaca sangat bermanfaat bagi seorang investor.
Selain itu, Lo juga mengaku bahwa setiap hari dirinya membaca setidaknya empat media massa.
Kebiasaan ini sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan oleh dirinya.
Lebih lanjut, Lo mengatakan bahwa dirinya rutin membaca dan mempelajari laporan keuangan emiten.
“Saya pelajari emiten, dari sisi penjualannya, laba usahanya, beban bunga berapa, penghasilan berapa, profit margin berapa besar," ujarnya.
Dengan kebiasaan ini, ia mengaku pengetahuannya menjadi semakin mendalam.
Selain itu, Lo juga rutin memantau aksi korporasi emiten dengan membuka website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dari situ, ia bisa melihat semua aksi dan rencana korporasi emiten serta memiliki pengetahuan terkait emitan.
Dengan begitu, Lo pun menemukan perusahaan dengan fundamental bagus namun salah harga.
“Saya melalukan satu pekerjaan yang sederhana, saya ulang-ulang terus sampai 32 tahun dan membuat saya menjadi mahir. Kira-kira itu faktor yang membuat saya menjadi investor yang berhasil,” jelas Lo.
" Di dunia nyata, kita tidak akan menemukan hal ini. Namun di pasar saham, Mercy yang dijual seharga Avanza sangat banyak. Berinvestasilah berdasarkan nilai,” pungkas Lo.
Terakhir, Lo juga menegaskan bahwa penting untuk membeli saham perusahaan yang harganya jauh lebih murah dari nilai intrinsik alias value investing.
Ibaratnya, kita bisa membeli mobil Mercedes-Benz seharga mobil Avanza.