Selain sensasi terjatuh, gejala hypnic jerk yang lainnya adalah detak jantung yang lebih cepat, napas yang lebih cepat, berkeringat, mimpi terjatuh, serta otot atau bagian tubuh yang tersentak.
Kira-kira mengapa hypnic jerk bisa terjadi, ya?
Ada beberapa teori yang menjelaskan fenomena hypnic jerk. Simak, yuk!
1. Sistem Saraf yang Berubah
Menurut pakar tidur dan penulis buku The Power of When, Michael Breus, Ph.D, mengatakan bahwa rasa ingin jatuh itu terjadi karena sistem saraf kita sedang berubah menjadi mode tidur.
Saat sistem saraf berubah menjadi mode tidur, tubuh sudah mulai rileks, detak jantung melambat, suhu tubuh juga turun, dan tekanan otot berubah. Sehingga mudah mengalami kejutan atau kejang.
2. Otot Tertidur Namun Tubuh Belum Tertidur
Penjelasan lainnya, otak kita seringkali sudah lebih dulu tertidur sebelum tubuh kita.
Hal ini menyebabkan otak salah mengartikan otot-otot yang rileks sebagai tanda kita sedang terjatuh.
Pada beberapa orang, serangan kejang sesaat itu juga bisa membuat mereka sulit tidur.
Ketika sulit tidur, otak kita justru semakin cepat tertidur. Sehingga risiko mengalami sensasi seperti terjatuh jadi semakin sering.