SONORABANGKA.ID - PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah (UIW) Bangka Belitung menggandeng Pemerintah Kota Pangkalpinang melakukan penandatanganan kerja sama terkait penyediaan Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) untuk Co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam penyediaan listrik di Bangka Belitung.
Penandatanganan dilakukan oleh General Manager PLN UIW Babel, Amris Adnan bersama Wali Kota Pangkalpinang, Maulan Aklil serta Manager Unit Pelaksana Pembangkitan Bangka Belitung, Umar Farouk Andy Saputro bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Pangkalpinang, Endang Supriyadi.
Wali Kota Pangkalpinang, Maulan Aklil yang kerap disapa Molen berharap kerja sama ini dapat menjadi solusi penanganan masalah sampah di Kota Pangkalpinang.
Dengan penduduk lebih dari 250ribu jiwa, jumlah sampah di Kota Pangkalpinang saat ini mencapai 150 ton/hari.
“Kami sangat mengapresiasi niat dan langkah terobosan dari PLN dalam mengatasi permasalah sampah ini, ini merupakan salah satu cita-cita kami untuk menciptakan Kota yang bersih dari sampah,” ucap Molen.
Molen menambahkan bahwa Pemerintah Kota Pangkalpinang siap membantu agar program Pengembangan BBJP ini berjalan dengan baik.
"Pemkot Pangkalpinang siap untuk berkolaborasi, bersinergi dan membagi tugas agar permasalahan sampah dapat tuntas. Pemerintah Kota Pangkalpinang bersyukur karena dengan kerja sama ini merubah sampah yang awalnya musibah bagi pemkot sekarang menjadi berkah." tambah Molen.
Sementara itu, General Manager PLN UIW Bangka Belitung, Amris Adnan mengatakan bahwa program BBJP ini sudah dilaksanakan diberbagai wilayah di Indonesia.
"Penandatangan Kesepakatan Bersama antara PLN dan Pemerintah Kota Pangkalpinang ini merupakan bentuk dari usaha PLN untuk mewujudkan energi baru terbarukan. Program BBJP ini juga telah dilaksanakan diberbagai wilayah di Indonesia, seperti PT Indonesia Power dengan Pemerintah Cilegon, PT PLN (Persero) dengan Pemerintah Kota Medan dan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) dengan Pemerintah Kota Pekanbaru," kata Amris.
Bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau dibentuk menjadi pelet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Jumputan tersebut diolah melalui Teknologi Biodrying atau melalui Teknologi Maggot. Teknologi Biodrying adalah dekomposisi zat organik secara parsial dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme dibantu aerasi untuk menghilangkan kelembaban.
Teknologi maggot adalah dekomposisi zat organik dengan memanfaatkan belatung lalat Black Soldier Fly (BSF).
Saat ini, uji coba co-firing biomassa bahan bakar jumputan padat memanfaatkan pengolahan sampah dengan skala riset 5 ton per hari. Jumlah tersebut harapannya dapat terus berkembang sesuai dengan uji coba yang dilakukan.
Sebagai informasi, bahan bakar jumputan padat adalah bahan bakar yang berasal dari limbah (sampah) yang telah melalui proses pemilahan dan homogenisasi menjadi ukuran butiran kecil atau dibentuk menjadi pelet yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Jumputan tersebut diolah melalui Teknologi Biodrying atau melalui Teknologi Maggot. Teknologi Biodrying adalah dekomposisi zat organik secara parsial dengan memanfaatkan panas yang dihasilkan oleh mikroorganisme dibantu aerasi untuk menghilangkan kelembaban.
Teknologi maggot adalah dekomposisi zat organik dengan memanfaatkan belatung lalat Black Soldier Fly (BSF).
Saat ini, uji coba co-firing biomassa bahan bakar jumputan padat memanfaatkan pengolahan sampah dengan skala riset 5 ton per hari. Jumlah tersebut harapannya dapat terus berkembang sesuai dengan uji coba yang dilakukan.
PLN menargetkan peningkatan kapasitas Pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi 16 Giga Watt (GW) pada tahun 2024.
Seperti diketahui, co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batubara di PLTU. PLN berencana untuk dapat melakukan co-firing pada 52 lokasi PLTU batu bara eksisting sampai dengan tahun 2024.