SonoraBangka.id - Akhir-akhir ini polemik terkait kenaikan tarif masuk Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur semakin mencuat.
Bahkan banyak pihak yang mengkritik tentang kenaikan tarif masuk ini.
Mulanya tiket masuk ke Taman Nasional Komodo ini sebesar Rp150.000 kini mengalami kenaikan hingga Rp3,75 juta per orang.
Kenaikan tarif ini terjadi mulai Senin (1/8/2022).
Besaran harga kenaikan ini diambil berdasarkan pertimbangan biaya konservasi.
Tak hanya kenaikan harga tiket masuk, kuota kunjunganpun juga dibatasi yakni 200.000 orang setiap tahunnya.
Pengunjung Taman Nasional Komodo juga wajib melakukan registrasi secara online melalui web yang sudah disediakan.
Kabar kenaikan ini tentu menjadi sorotan publik, tak terkecuali Prof. Emil Salim, seorang pakar lingkungan hidup.
Sebelumnya, Prof. Emil Salim pernah menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup pada tahun 1978 hingga 1993.
Pada awal masa jabatannya, Emil Salim menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai salah satu Taman Nasional pertama di Indonesia.
Emil Salim mengatakan bahwa bahwa Taman Nasional Komodo merupakan wisata yang berbeda dengan wisata Bali, wisata kebudayaan atau wisata tempat lain.
"Wisata komodo adalah wisata dengan living creature yang unik yang merupakan binatang yang historis," ucap Emil Salim sebagaimana press release yang diterima PARAPUAN.
Karena itu, strategi pariwisata di daerah komodo jangan diletakkan pada jumlah kuantitas tamu, tapi pada keterbatasan kualitas tamu.
Menurutnya, selama ini komodo dianggap objek yang berhak dimanfaatkan, tak peduli ekosistem berubah atau tidak.
Emil Salim juga menambahkan jika binatang tidak hidup sendiri, bergantung pada ekosistem di sekitarnya.
“Saya mungkin sebentar lagi tidak ada lagi. Bapak Ibu juga nanti tidak akan ada. Tapi komodo harus tetap ada. Tidak ada di tempat lain di dunia ini, kecuali di Indonesia," terang Emil Salim.
Dirinya mengatakan bahwa memeliharan komodo bukan hanya demi anak cucu saja namun juga untuk kejayaan tanah air.
"Karena itu, NTT, memikul tanggung jawab yang amat berat.
"Memelihara komodo bukan hanya demi komodo saja, tapi demi pemahaman bangsa, anak cucu kita, pada kejayaan tanah air kita, yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai tempat tinggal komodo, hewan purba yang usianya diperkirakan sudah ribuan tahun," imbuhnya.
Lebih lanjut, Emil berharap jika masyarakat Indonesia mampu menjaga dan ikut bertanggung jawab memelihara komodo.
Komentar Emil Salim Terkait Kenaikan Tarif Taman Nasional Komodo
Berdasarkan hal itu, Prof Emil menyarankan orientasi terhadap komodo harus berubah.
Kedepannya strategi pengelolaan Taman Nasional Komodo tidak hanya menjadikan jumlah wisatawan sebagai patokan, melainkan berapa besar toleransi yang dapat diterima oleh ekosistem komodo dan makhluk hidup lainnya.
Selain itu, harga masuk perlu dinaikan sebagai kompensasi untuk mengembalikan apa yang hilang dari ekosistem Komodo dan makhluk hidup lainnya di kawasan.
Tidak hanya untuk mewujudkan pariwisata yang bertanggung jawab, tetapi juga mengedepankan prinsip serta praktik konservasi dalam melestarikan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ada duanya.
"Perlakukan Komodo sebagai binatang yang terhormat dan luhur. Jangan rombak pulau, jangan datangkan wisata demi perut semata," tutup Prof Emil.
Nah bagaimana, apakah kamu masih tertarik mengunjungi Taman Nasional Komodo?
Arttikel ini telah terbit di https://www.parapuan.co/read/533408187/polemik-harga-tiket-masuk-taman-nasional-komodo-ini-kata-pakar-lingkungan-hidup?page=all