Namun, kutu dapat membuat ketakutan untuk sejumlah alasan, termasuk stigma karena dianggap “kotor”.
Memiliki kutu di kepala, bukan berarti cerminan kebersihan seseorang, demikian menurut Dr. Andrew Bonwit, seorang ahli penyakit menular pediatrik di Loyola University Health System di Illinois, AS.
“Kebersihan pribadi dan status sosial ekonomi tidak ada hubungan dengan memiliki atau ketularan kutu. Kutu kepala merupakan hama yang mempunyai kesempatan yang sama,” jelas Bonwit dalam rilisnya di berita universitas.
Ada beberapa kesalahpahaman umum lainnya tentang kutu, jelas Bonwit. Untuk mengurangi kekhawatiran orangtua, ia menghilangkan mitos-mitos berikut ini.
Mitos: hewan menyebar kutu. Hewan tidak diketahui membawa kutu atau mengirimkannya kepada orang lain, jelas Bonwit.
Mitos: berbagi barang pribadi menyebar kutu. Meskipun mungkin lebih baik untuk tidak berbagi barang-barang seperti sisir, sikat rambut, dan topi, tampaknya ini tidak mengirimkan kutu, jelas Bonwit.
Penularan kutu tampaknya hanya terjadi melalui kontak kepala ke kepala langsung dari satu orang ke orang lain.
Mitos: anak yang memiliki kutu tidak boleh sekolah. The American Academy of Pediatrics tidak mendukung kebijakan tersebut, kecuali karena alasan lain.
Kenyataannya, adanya kutu pada orang dewasa tidak dianggap sebagai alasan tersebut. Sebaiknya segera ke dokter untuk pengobatan.
Mitos: kutu membawa penyakit. Kutu tidak menularkan penyakit menular yang serius. Meskipun kutu sering bikin heboh, kutu ini memang kecil dan seringkali sulit dilihat.