Jika anak boros atau sulit melakukan apapun sewaktu kecil, tak berarti dia akan seperti itu seterusnya.
Bisa saja setelah dewasa, ia menjadi orang sukses yang hemat dan bertanggung jawab.
Jadi, berikan anak kesempatan untuk menunjukkan seperti apa dirinya sekarang.
Jangan terus memandang anak dengan “image-nya” sewaktu kecil.
2. Orangtua tidak memberi ruang privasi anak
Jangan terlalu sering mengurus apa yang bukan urusan kita, seperti pernikahan anak.
Jangan pula menceritakan rahasia anak pada orang lain, termasuk saudara kandungnya sendiri.
Terlalu sering mengomel dan memerintahkan anak untuk melakukan sesuatu meski ia tak ingin pun bisa membuatnya kesal.
3. Orangtua mendengarkan namun tidak memahami
Banyak orangtua selalu mengambil kesimpulan sebelum anak selesai berbicara, atau langsung menasehatinya tanpa menanyakan bagaimana keadaannya.
Jangan bersikap seperti ini. Lebih baik, tetaplah diam dan pahami dulu kata-kata anak sebelum merespon kata-katanya.
Jika tidak paham dengan kata-kata anak, mintalah ia untuk kembali menjelaskannya.
4. “Menyeret” orang lain
Jika tidak bisa mendapatkan sesuatu dari anak, orangtua akan mencoba untuk mendapatkan hal itu dari orang lain, termasuk pasangan anak.
Namun hal ini bisa menyeret orang lain ke masalah yang seharusnya hanya terjadi antara kita dan anak.
Ini akan membuat anak kehilangan kepercayaan pada orang tua.
Sehingga berakibat mereka tidak lagi menganggap orangtua sebagai panutan namun justru pengganggu yang patut dibenci.
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053183035/pentingnya-introspeksi-ketahui-penyebab-anak-benci-orangtua-saat-tumbuh-besar?page=all