Kelompok ini memberi gambaran tentang asal mula pembagian kerja secara seksual.
Laki-laki menjalankan peran sebagai pemburu, sedangkan perempuan sebagai pengumpul.
Namun dalam realitasnya, fenomena umum yang dapat disaksikan hingga hari ini, pola pengaturan peran sangat bervariasi. Ini sangat tergantung pada ruang dan waktunya.
Namun di antara berbagai varisasi itu, terdapat peran generik yang dijalankan laki-laki dan perempuan, keduanya berpasangan untuk menghasilkan keturunan.
Sebatas itu. Sisanya, berupa aktivitas untuk memaksimalkan produktivitas dalam menjaga keutuhan keluarga.
Akibat Ketidaksetaraan Gender dalam Keluarga
Manakala meletakkan spesialisasi peran pengasuhan pada perempuan, Rebecca Sear, 2021 yang menulis opininya melalui, “The Male Breadwinner Nuclear Family is not the ‘Traditional’ Human Family, and Promotion of This Myth May Have Adverse Health Consequences”, mengkhawatirkan keadaan itu.
Sesuai judul opininya yang panjang, Sear khawatir bila pengasuhan anak-anak dan keluarga bertumpu sebatas pada perempuan, yang artinya hanya sedikit peran laki-laki, justru akan menimbulkan persoalan kesehatan yang merembet pada anak-anaknya, pada sang ibu sendiri, dan juga sang ayah pada akhirnya.
Ayah yang tak terlalu hadir dalam porsi pengasuhan ini, terjadi akibat waktunya telah tersita sebagai pencari nafkah keluarga.
Namun dalam kenyataannya, tentu berdasarkan data penelitian sejarah, peran laki-laki sebagai pencari nafkah bukanlah peran tradisonal yang berlaku secara universal.