Mitos yang membagi peran laki-laki sebagai penanggung jawab urusan publik, sedangkan perempuan sebagai pengurus domestik itulah yang jadi sumber munculnya persoalan kesehatan ini.
Mengandaikan pengasuhan sebagai ekosistem ideal yang bertujuan memelihara kebahagiaan keluarga, termasuk yang bertujuan mengembangkan pertumbuhan fisik dan mental anak, tentu tak bisa hanya bertumpu pada salah satu gender.
Masing-masing gender berikut sistem pendukungnya, punya peran khas.
Hasilnya, jika hanya salah satu gender yang berperan maka akan menghadirkan permasalahan yang serius.
Urutan jalan berpikir di atas: adanya tuntutan tanggung jawab terhadap perempuan untuk memastikan anggota keluarga dalam keadaan baik-baik saja, memposisikan perempuan selalu waswas.
Ini menguras emosi, yang menghasilkan ketegangan bahkan depresi.
Ketaknyaman mental yang dialami perempuan ini, pada akhirnya berpengaruh pada persepsi terhadap kebahagiaan yang dialaminya.
Kebahagiaan dipersepsi hadir, manakala peran mengurus keluarga dilakukan secara setara.
Tidak adanya kesetaraan membuka peluang bagi hadirnya berbagai permasalahan. Ini termasuk ancaman kesehatan mental bagi seluruh keluarga.
Penjelasan logis ini, dikemukakan Jill Suttie, 2019, dalam artikelnya “How an Unfair Division of Labor Hurts Your Relationship: Inequality in a Couple Can Impact Everyone's Happiness”.