Meski tampak menyeramkan, pengguna ponsel pintar tak perlu khawatir, karena ancaman peretasan dengan cara ini masih jauh dari kenyataan.
Menurut peneliti, kecepatan pengambilan gambar dalam penelitian ini adalah satu frame setiap 3,3 menit.
Artinya, pengambilan gambar terbilang cukup lambat, sehingga siapa pun yang mencoba "memata-matai" akan kesulitan mengikuti interaksi ponsel secara real-time.
Bahkan, jika peretas berhasil memata-matai dan mendapatkan gambar, hasilnya berpotensi sangat buram.
Langkah untuk mengurangi risiko
Namun demikian, dikutip dari laman MIT, para peneliti menemukan cara yang dapat membantu mengurangi sejumlah potensi risiko.
Tim menyarankan dua langkah mitigasi perangkat lunak untuk penyedia sistem operasi, yakni memperketat izin serta mengurangi presisi dan kecepatan sensor.
Pertama, para peneliti merekomendasikan untuk membatasi akses ke sensor cahaya sekitar dengan mengizinkan pengguna menyetujui atau menolak permintaan tersebut dari aplikasi.
Untuk lebih mencegah ancaman privasi, tim juga mengusulkan untuk membatasi kemampuan sensor.
Dengan mengurangi presisi dan kecepatan komponen-komponen ini, kemampuan sensor dalam menggali informasi pribadi akan berkurang.
Sementara itu, dari sisi perangkat keras, sensor cahaya sekitar tidak boleh menghadap langsung ke pengguna di perangkat pintar apa pun.
Sebagai gantinya, menurut peneliti, perlu ditempatkan di sisi yang tidak akan menangkap interaksi sentuhan signifikan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Hanya Kamera, Sensor Cahaya Ponsel Juga Berpotensi Memata-matai Pengguna", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/22/093000765/bukan-hanya-kamera-sensor-cahaya-ponsel-juga-berpotensi-memata-matai?page=all#page2.