Sejarah Idul Adha, alasan mengapa disebut Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji. Anggota DPR RI Dedi Mulyadi saat menangis melepas sapi-sapinya untuk dipotong pada momen Hari Raya Idul Adha 2022.(Dok Dedi Mulyadi)
Sejarah Idul Adha, alasan mengapa disebut Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji. Anggota DPR RI Dedi Mulyadi saat menangis melepas sapi-sapinya untuk dipotong pada momen Hari Raya Idul Adha 2022.(Dok Dedi Mulyadi) ( KOMPAS.COM)

Sejarah Idul Adha, Mengapa Disebut Sebagai Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji?

17 Juni 2024 19:00 WIB

Nabi yang mendapat julukan Abul Anbiya atau Bapak dari Para Nabi ini pun menyampaikan isi mimpi kepada anaknya, sebagaimana tertulis dalam Al Quran Surat Ash-Shaffat ayat 102:

"Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!', Ismail menjawab: 'Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Melihat ketakwaan Nabi Ibrahim dan putranya, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing.

Kisah ini pun menjadi cikal bakal ibadah kurban dan sebutan Hari Raya Kurban yang dilaksanakan umat Islam setiap 10 Zulhijah.

Idul Adha bertepatan dengan puncak ibadah haji

Di sisi lain, istilah Lebaran Haji untuk hari raya Idul Adha tidak lepas dari pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci setiap Zulhijah.

Sehari sebelum Idul Adha, pada 9 Zulhijah, umat Islam yang melaksanakan ibadah haji tengah melaksanakan rangkaian puncaknya, yakni wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah, Arab Saudi.

Wukuf adalah ritual ibadah haji yang mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan aktivitas sejenak.

Waktu wukuf di Padang Arafah dimulai setelah tergelincirnya Matahari atau waktu dzuhur pada hari Arafah.

Kegiatan ini bertujuan agar jemaah dapat merenungkan diri, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim setelah menerima perintah Allah untuk mengorbankan Nabi Ismail.

Sementara itu, bertepatan dengan wukuf di Arafah atau hari Arafah, bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunahkan untuk menjalankan puasa.

Pahalanya sebagaimana terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, adalah menghapus dosa selama dua tahun.

"Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun akan datang."

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Idul Adha, Mengapa Disebut Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2024/06/17/073000165/sejarah-idul-adha-mengapa-disebut-hari-raya-kurban-dan-lebaran-haji-?page=all#page2.

SumberKOMPAS.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm