SonoraBangka.id - Sejak Centers for Disease Control and Prevention merekomendasikan bahwa semua orang harus memakai masker wajah setiap keluar rumah untuk mengurangi penyebaran Covid-19, ada banyak perdebatan yang muncul terkait masker wajah.
Masker wajah yang terbuat dari kain tidak sama dengan masker bedah atau masker respirator N95, yang digunakan oleh pekerja medis yang berisiko tinggi terpapar virus corona.
Meski demikian, tidak berarti masker kain tidak layak dipakai.
Aaron Hamilton, MD, meluruskan beberapa mitos salah yang beredar di masyarakat tentang masker wajah.
Mitos # 1: Mengenakan masker kain tidak ada gunanya.
Mengenakan masker wajah dari kain buatan sendiri adalah cara mudah yang dapat membantu melindungi orang lain di keluarga dan lingkungan sekitar.
Virus corona diperkirakan terutama disebarkan melalui tetesan virus yang keluar dari hidung atau mulut orang ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara.
Masker kain bertindak sebagai penghalang fisik untuk mencegah tetesan tersebut melayang ke udara, di mana orang lain bisa menghirupnya dan menjadi terinfeksi.
Penelitian telah menunjukkan, bahwa masker kain mengurangi jumlah mikroorganisme yang dilepaskan seseorang ke udara.
Jadi, semakin banyak orang memakai masker di suatu daerah, semakin sedikit potensi tetesan virus menyebar, dan semakin sedikit risiko bahwa seseorang akan terkena virus.
Jika kamu memakai masker, itu juga akan menjaga kamu menyentuh hidung dan mulut, yang mana menurut para ahli, bisa menjadi cara lain virus masuk ke dalam tubuh.
Mitos # 2: Jika saya tidak sakit, saya tidak perlu memakai masker.
Masalahnya adalah, kita telah mengetahui bahwa tidak semua orang yang terinfeksi virus corona menunjukkan gejala sakit.
Laporan dari Tiongkok menunjukkan, bahwa orang dapat terinfeksi Covid-19 tanpa menunjukkan gejala apa pun.
Orang-orang ini kemudian tanpa sadar dapat menularkannya kepada orang lain ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara. Ini dianggap sebagai faktor utama dalam penyebaran cepat virus.
Jadi, karena kita tidak tahu pasti siapa yang terinfeksi, pilihan terbaik adalah melindungi diri kita dengan memakai masker.
Ini adalah tindakan yang berkontribusi terhadap kebaikan publik yang lebih besar. Itu menunjukkan bahwa kita saling peduli dan saling menjaga.
Mitos # 3: Jika saya memakai masker, saya tidak perlu menjaga jarak sosial atau tinggal di rumah.
Masker hanyalah salah satu bagian dari strategi untuk mencegah penyebaran virus corona.
Sayangnya, memakai masker tidak akan mencegah siapa pun untuk batuk atau bersin di sekitar kita, dan bukan tak mungkin itu bisa membuat kita sakit.
Jadi, penting untuk mengikuti semua langkah yang direkomendasikan untuk melindungi diri dari virus corona, termasuk mempraktikkan jarak sosial yang tepat ketika berada di sekitar orang lain, tidak berkumpul dalam kelompok besar, dan sering mencuci tangan.
Mitos # 4: Maker hanya perlu menutupi mulut.
Masker harus menutupi mulut dan hidung. Masker yang baik seharusnya dapat menutupi hidung dan mulut dengan benar tanpa membuat kita kesulitan bernapas.
Pilih satu yang aman dengan ikatan atau loop telinga. Jangan mengenakan masker di leher atau dagu - yang mana ini tentu tidak melindungi siapa pun.
Mitos # 5: Mengenakan masker akan membuat mual.
Ada beberapa spekulasi di media sosial, bahwa mengenakan masker dapat menyebabkan kita menghirup kembali karbon dioksida yang dikeluarkan dan membuat kita sakit.
Meskipun menghirup karbon dioksida tingkat tinggi berbahaya, ini sangat tidak mungkin terjadi hanya karena mengenakan masker - apalagi jika hanya memakainya dalam waktu singkat.
Namun, memang ada beberapa orang yang tidak seharusnya mengenakan masker kain. Ini termasuk anak-anak di bawah usia 2 tahun, siapa saja yang mengalami kesulitan bernapas atau siapa pun yang tidak bisa melepas masker tanpa bantuan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pahami 5 Mitos Salah tentang Masker dan Faktanya",