Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemindaian otak pada anak yang ibunya mengonsumsi kafein selama kehamilan.
Terungkap adanya perubahan jalur yang dapat memicu masalah perilaku, termasuk kesulitan fokus dan hiperaktif.
Selain faktor ibu hamil yang mengonsumsi kopi, menurut Foxe gangguan perilaku pada anak bisa disebabkan oleh riwayat keluarga dan sejumlah faktor ekonomi.
Foxe menyampaikan, alasan kafein yang dikonsumsi ibu hamil dapat memicu perubahan perilaku anak tidak diketahui pasti.
American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan agar ibu hamil membatasi asupan kafein hingga 200 miligram per hari.
Namun, studi menemukan jika asupan kafein 200 miligram per hari masih terlalu banyak untuk dikonsumsi ibu hamil.
"Saya menyarankan wanita hamil untuk mengonsumsi kafein sekecil mungkin dan beralih ke kopi tanpa kafein sama sekali," sebut Foxe.
Dia juga mengingatkan agar ibu hamil yang sebelumnya terbiasa ngopi untuk tidak berhenti mengonsumsi kafein secara total, karena itu dapat memicu berbagai gejala, termasuk sakit kepala, mudah tersinggung, mual dan kesulitan berkonsentrasi.
"Kami tidak tahu apa pengaruhnya berhenti mengonsumsi kafein, seperti mudah tersinggung, stres dan kecemasan terhadap kehamilan.
Cobalah mengurangi konsumsi kafein sebelum Anda hamil," katanya. Kendai demikian, studi Foxe ini memiliki beberapa keterbatasan.
Misalnya, responden diminta untuk mengingat berapa banyak kafein yang mereka konsumsi saat hamil, dan daya ingat peserta tidak selalu akurat.