SonoraBangka.id - Salah satu hal yang sangat penting untuk seorang anak atau remaja adalh bersosialisasi. Apalagi, masa remaja adalah saatnya anak menemukan jati dirinya.
Tetapi, anak dengan kepribadian tertutup (introvert) mungkin tidak memiliki banyak teman seperti anak seusianya yang lain.
Kepribadian ini sering disamakan dengan anak yang malu, padahal keduanya berbeda.
Orangtua mungkin sekadar melihat anaknya tidak bersosialisasi sebanyak anak lain dan anak tersebut lebih suka beraktivitas sendiri daripada bersama teman.
Jika Anda memiliki anak dengan kepribadian tertutup, ada beberapa cara menghadapi anak berkepribadian tertutup untuk Anda terapkan sehingga anak lebih mau "keluar", tanpa harus mengubah jati dirinya.
1. Memahami kepribadiannya
Pertama, pahami dulu tentang kepribadian tertutup ini. Ini akan membantu Anda sebagai orangtua mampu membedakan mana perilaku yang normal dan tidak.
Orang-orang sering khawatir bahwa seorang anak yang menghabiskan waktu sendirian dan tidak mau membicarakan tentang perasaannya adalah tanda bahwa anak sedang mengalami tekanan emosional, seperti depresi.
Hal itu bisa saja merupakan tanda depresi, tetapi dalam hal ini, yang kita cari adalah perubahan pola perilaku.
Introvert bukanlah respons terhadap pengaruh luar, melainkan ciri kepribadian seseorang.
Dengan kata lain, anak yang sebelumnya ekspresif dan supel namun tiba-tiba menjadi pendiam tidak berarti menjadi seorang introvert.
Memahami ciri-ciri introvert adalah awal yang baik untuk mulai mendapatkan pemahaman tentang kepribadian ini, tetapi ini hanya untuk mendapatkan ide dasar.
Cobalah memahami lebih jauh tentang potret seorang anak introvert.
Saat Anda membaca detail tentang perilaku dan interaksi sosial, serta emosi dan ekspresi verbal mereka, Anda akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa artinya menjadi seorang introvert.
Hal ini sangat penting untuk membantu Anda mendapatkan gagasan yang jauh lebih baik tentang cara terbaik untuk menjadi orangtua.
2. Menghormati preferensi anak
Saat sudah memahami perilaku anak, orangtua akan mulai bisa menghargai preferensi anak.
Misalnya, anak introvert cenderung memiliki (dan membutuhkan) sedikit teman.
Jika melihat bahwa anak Anda hanya memiliki satu atau dua teman sementara anak lain mungkin punya lima teman atau lebih, Anda mungkin mulai khawatir anak kesulitan bersosialisasi dan mendorongnya untuk berteman dengan lebih banyak orang.
Anda mungkin mencoba mengatur waktu bermain anak agar lebuh banyak dan mengundang teman-temannya dalam satu waktu atau berbicara dengan anak untuk mencari tahu apa "masalahnya".
Sayangnya, melakukan semua upaya itu tidak akan membuat anak introvert menjadi lebih "terbuka".
Situasi itu hanya akan menguras lebih banyak energi anak dan membuatnya lebih mudah marah dan memungkinkan orangtua semakin salah sangka karena menganggapnya punya masalah.
Sebaliknya, Anda bisa membiarkan anak Anda memilih siapa yang dia inginkan sebagai teman dan bagaimana cara menghabiskan waktu dengan teman pilihannya itu.
Buat anak merasa orangtuanya menerima apa yang dia suka.
Tentunya Anda menginginkan yang terbaik untuk anak, bukan? Memaksanya untuk berubah akan membuat anak menilai Anda sebagai orangtua tidak mencintainya.
Itu malah akan membuat relasi Anda dan anak menjadi buruk.
3. Memberi dukungan
Jika sudah mampu memahami perilaku tertutup anak, Anda mungkin menyadari bahwa orang lain belum tentu bisa menyesuaikan dengan kondisi anak.
Misalnya, ketika guru mengatakan pada Anda bahwa anak Anda sulit bersosialisasi karena tidak bisa diminta bekerja kelompok.
Guru tersebut mungkin akan mendorong anak untuk berpartisipasi lebih antusias dalam kerja kelompok.
Hal itu akan menjadi situasi sulit karena kerja kelompok adalah sebuah bagian integral dari edukasi.
Di sini, orangtua bisa berperan memberikan pemahaman kepada guru tentang kondisi anak.
Untuk memperkuatnya, Anda bisa mengajak anak melakukan tes kepribadian dan memberikan hasilnya kepada guru.
Poinnya adalah Anda menunjukkan keinginan untuk memahami anak, sekaligus membantu orang lain untuk memahaminya.
Walaupun anak yang tertutup mungkin tidak bisa jadi bagian dari sebuah pesta, namun tetap bisa menjadi anak yang menyenangkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Cara Menghadapi Anak Berkepribadian Tertutup, Orangtua Harus Tahu", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/04/01/203449520/3-cara-menghadapi-anak-berkepribadian-tertutup-orangtua-harus-tahu?page=3.