SonoraBangka.ID - Simple Plan menggandeng kompatriot senegaranya, Deryck Whibley untuk menggarap lagu terbaru berjudul 'Ruin My Life'.
Single terbaru ini merupakan terobosan tersegar bagi kedua entitas asal Kanada tersebut, terutama karena keduanya muncul dari ranah dan skena yang serupa yakni pop-punk 2000an.
Uniknya, meski sama-sama dari Kanada, kolaborasi ini merupakan pertemuan yang pertama kalinya baik bagi Simple Plan atau pun Deryck [Whibley].
Sejak dua dekade lalu, keduanya nggak bisa dipungkiri saling bahu-membahu untuk menjadi sosok berjasa dalam menemani jutaan remaja di seluruh dunia via lagu-lagu up-lifting yang energik milik mereka.
Kini hadir bersama-sama setelah dua puluh tahun, baik Simple Plan maupun Deryck Whibley nggak bisa menyembunyikan rasa bangga dan bersemangatnya mereka untuk lagu ini.
Terutama ketika kita membicarakan konteks pop-punk yang seakan sedang menjalani fase renaisans (pencerahan) di beberapa tahun terakhir.
Berbicara bareng Kerrang!, Simple Plan yang diwakili oleh Pierre Bouvier dan juga Deryck Whibley pun antusias untuk mengemukakan pandangannya tersebut.
"Kami [Simple Plan] dan Sum 41 hanya berjarak beberapa jam di Kanada, kami pun juga muncul serta menjadi besar di era yang sama. Tapi terlepas dari banyaknya kesamaan di antara kami, gue heran kenapa kami bahkan nggak pernah tur bareng," jelas vokalis Simple Plan Pierre Bouvier mengenai ide dari kolaborasi ini.
Tanpa ragu, sang vokalis tamu Deryck Whibley pun juga menanggapi dengan antusias ketika diajak untuk menggarap lagu ini.
"Ketika Pierre mengajakku untuk ikut bernyanyi di lagu barunya [Ruin My Life], gue langsung mengiyakan. Ada beberapa perubahan yang terjadi setelah gue bergabung, tapi overall ini adalah karya yang menyenangkan!," tegas Deryck.
Seperti sudah HAI mention di pernyataan sebelumnya, rilisnya lagu 'Ruin My Life' ini hadir bertepatan dengan masa renaisans dari pop-punk yang kini dipopulerkan oleh artis seperti Neck Deep ataupun Machine Gun Kelly.
Menanggapi hal tersebut, baik Pierre maupun Deryck juga nggak luput untuk angkat bicara tentang masih suburnya energi pop-punk yang hadir di publik hingga saat ini.
"Gila dan aneh, fenomena ini membuatku merasa tua dan muda dalam waktu bersamaan. Tapi gue bangga, karena setelah 20 tahun, kami masih di sini, memainkan musik pop-punk di tengah banyaknya ujaran kebencian yang datang karena menganggap kami "terlalu pop" atau pun komentar buruk lainnya," papar Pierre.
"Gue besar karena Green Day, saat ini kami bahkan melihat banyak band yang besar karena mendengarkan Sum 41, Simple Plan, atau Good Charlotte. Regenerasi ini sungguh indah dan menyenangkan," tambahnya lagi.
Nggak ketinggalan, Deryck Whibley pun juga urun pendapat atas hal ini dengan lebih singkat dan terukur.
"Gue selalu senang ketika menyaksikan band dan raungan gitar bisa kembali hadir di ranah mainstream, terlepas dari apa pun gaya bermusiknya. Mengetahui musik guitar-driven menjadi populer kembali sangat membanggakan. Ditambah lagi, banyak band yang emang ngerilis album-album bagus," pungkas Deryck Whibley menegaskan pandangannya.