Ia mengakui, kenaikan harga Pertalite memang akan meringankan beban APBN, mengingat anggaran subsidi dan kompensasi energi di tahun ini sudah membengkak jadi Rp 502 triliun.
Namun, mengingat dampaknya yang akan dirasakan langsung ke masyarakat, pemerintah wajib meningkatkan dana belanja sosial sebagai kompensasi kepada orang miskin dan rentan miskin atas naiknya harga BBM bersubsidi.
"Jadi ini ibarat hemat di kantong kanan, tapi keluar dana lebih besar di kantong kiri," kata dia.
Senada, Pengamat Energi UGM Fahmy Radhi menilai kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter merupakan angka yang terlalu tinggi bagi masyarakat. Akibatnya malah akan membuat lonjakan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat.
Ia memperkirakan, dengan kenaikan menjadi Rp 10.000 per liter, maka Pertalite akan memiliki andil 0,93 persen-1 persen terhadap inflasi nasional. Alhasil jika inflasi pangan tetap di kisaran 5 persen, maka inflasi nasional bisa mencapai kisaran 6 persen-7 persen
"Ini membahayakan. Sebab menurunkan daya beli, menurunkan juga pertumbuhan ekonomi yang saat ini dicapai 5,44 persen (di kuartal II-2022), itu bisa jadi turun," tutup Fahmy.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Pertalite Diisukan Naik Jadi Rp 10.000 per Liter, Apa Dampaknya?", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2022/08/19/151500226/harga-pertalite-diisukan-naik-jadi-rp-10.000-per-liter-apa-dampaknya-?page=all#page2.