SonoraBangka.ID - Pemerintah tengah mengkaji kenaikan harga Pertalite. Isu yang beredar menyebut harga Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter.
Terkait hal itu, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, besaran kenaikan harga Pertalite saat ini masih dalam pembahasan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, pihaknya belum bisa memastikan harga terbaru yang akan dikenakan pada Pertalite.
"Sementara ini kami masih menunggu arahan dari pemerintah, karena penentuan harga merupakan kewenangan dari regulator," katanya kepada Kompas.com, Jumat (19/8/2022).,
Terkait kemungkinan besaran kenaikan harga Pertalite, para ekonom pun memperkirakan kemungkinan akan naik menjadi Rp 10.000 per liter. Kendati demikian, besaran kenaikan ini bakal berdampak pada lonjakan inflasi dan menekan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, kenaikan Pertalite yang mencapai Rp 10.000 per liter itu bakal berimbas pada inflasi 2022 yang bisa mencapai 6,5 persen (year on year/yoy).
"Jika kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, diperkirakan inflasi tahun ini tembus 6 persen-6,5 persen yoy. Dikhawatirkan menjadi inflasi yang tertinggi sejak September 2015," ujar dia.
Ia mengatakan, dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Daya beli masyarakat akan menurun sehingga akan meningkatkan jumlah orang miskin baru.
Lantaran kondisi saat ini masyarakat dihadapkan dengan kenaikan harga pangan yang inflasinya mendekati 5 persen. Di sisi lain, masyarakat masih belum pulih dari pandemi Covid-19, terbukti ada 11 juta lebih pekerja kehilangan pekerjaan, jam kerja dan gaji dipotong, hingga dirumahkan.
"Maka kalau ditambah kenaikan harga BBM subsidi dikhawatirkan tekanan ekonomi untuk 40 persen kelompok rumah tangga terbawah akan semakin berat. Belum lagi ada 64 juta UMKM yang bergantung dari BBM subsidi," jelas Bhima.
Menurutnya, pemerintah perlu memikirkan efek kenaikan harga Pertalite ke UMKM. Sebab pengguna BBM subsidi ini bukan hanya kendaraan pribadi, tapi juga dipakai untuk kendaraan operasional usaha kecil dan mikro.
Ia mengakui, kenaikan harga Pertalite memang akan meringankan beban APBN, mengingat anggaran subsidi dan kompensasi energi di tahun ini sudah membengkak jadi Rp 502 triliun.
Namun, mengingat dampaknya yang akan dirasakan langsung ke masyarakat, pemerintah wajib meningkatkan dana belanja sosial sebagai kompensasi kepada orang miskin dan rentan miskin atas naiknya harga BBM bersubsidi.
"Jadi ini ibarat hemat di kantong kanan, tapi keluar dana lebih besar di kantong kiri," kata dia.
Senada, Pengamat Energi UGM Fahmy Radhi menilai kenaikan harga Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter merupakan angka yang terlalu tinggi bagi masyarakat. Akibatnya malah akan membuat lonjakan inflasi dan penurunan daya beli masyarakat.
Ia memperkirakan, dengan kenaikan menjadi Rp 10.000 per liter, maka Pertalite akan memiliki andil 0,93 persen-1 persen terhadap inflasi nasional. Alhasil jika inflasi pangan tetap di kisaran 5 persen, maka inflasi nasional bisa mencapai kisaran 6 persen-7 persen
"Ini membahayakan. Sebab menurunkan daya beli, menurunkan juga pertumbuhan ekonomi yang saat ini dicapai 5,44 persen (di kuartal II-2022), itu bisa jadi turun," tutup Fahmy.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Harga Pertalite Diisukan Naik Jadi Rp 10.000 per Liter, Apa Dampaknya?", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2022/08/19/151500226/harga-pertalite-diisukan-naik-jadi-rp-10.000-per-liter-apa-dampaknya-?page=all#page2.